Novel Sang
Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang anak Melayu Belitong
yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan
lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga
cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron
berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya.
Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja
sebagai kuli ngambat untuk tetap hidup sambil belajar. Namun ada Pak Balia yang
baik dan bijaksana, beliau seorang Kepala Sekolah sekaligus mengajar
kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main, dalam novel ini juga ada Pak Mustar yang
sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau berubah menjadi galak karena anak
lelaki kesayangannya tidak diterima di SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM
anaknya ini kurang 0,25 dari batas minimal. Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM
anaknya hanya 41,75.
Ikal, Arai, dan
Jimbron pernah dihukum oleh Pak Mustar karena telah menonton film di bioskop
dan peraturan ini larangan bagi siswa SMA Negeri Bukan Main. Pada apel Senin
pagi mereka barisnya dipisahkan, dan mendapat hukuman berakting di lapangan
sekolah serta membersihkan WC. Ikal dan Arai bertalian darah. Nenek Arai adalah
adik kandung kakek Ikal dari pihak ibu,ketika kelas 1 SD ibu Arai wafat dan
ayahmya juga wafat ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut
Simpai Keramat. Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya
bepergian naik sepeda tiba-tiba ayahnya kena serangan jantung dan Jimbron
pontang-panting membawa ayahnya panik. Ia sangat antusias sekali dengan kuda,
segala macam kuda ia tahu.
Ayah Ikal
bekerja di PN Timah Belitong, ayahnya pendiam tapi kasih sayangnya sangat besar,
dia bersepeda ke Magai 30 kilometer hanya untuk mengambil rapot anaknya di SMA
Negeri Bukan Main. Dan ibu Ikal menyiapkan baju safari ayah dengan menyalakan
setrika arang dan gesit memercikan air pandan dan bunga kenanga yang telah
direndam semalam. Ayah ikal seperti tak punya emosi. Beliau selalu tabah dan
sabar dalam kondisi apapun. Hanya senyumannya yang selalu melegakan hati Ikal,
dan menurut ikal beliau adalah ayah nomor satu seluruh dunia.
Ketika belajar
di lapangan sekolah Pak Mustar berkata : “Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke
Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan
kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara Sorbonne. Ikuti
jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Disanalah orang
belajar science, sastar, dan seni hingga mengubah peradaban”. Ikal dan Arai tak
berkedip ketika Pak Balia memperlihatkan gambar yang tampak seorang pelukis
dibelakang kanvas berdiri menjulang Menara Eiffel yang menunduk memerintahkan
Sungai Seine agar membelah diri menjadi dua tepat dikaki-kakinya. Saat itulah
mereka mengkristalkan harapan agung dengan statement yang sangat ambisius :
Cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Prancis! Ingin menginjakan kaki di
altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika.Dengan
perjuangan hidup mesti serba terbatas dan banyak rintangan Ikal dan Arai
akhirnya diterima kuliah di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Sedangkan
Jimbron tetap di Belitong mengurusi kuda milik capo.
hhhm baa sampai selesai baru mengerti hehehe
BalasHapusthanks gan