Submit

2 Des 2012

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN

MAKALAH

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Diajuakan untuk memenuhi salah satu tugas

Pada mata kuliah konsep teknologi

Eneng Nurhidayah (1003186)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2010

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi sekarang ini telah banyak menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Banyak hal dari sektor kehidupan yang telah menggunakan keberadaan dari teknologi itu sendiri. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Demikian halnya dengan teknologi komunikasi yang merupakan peralatan perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai sosial yang memungkinkan individu untuk mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi (menurut Rogers,1986). Keadaan yang demikian, dimana sebuah teknologi mampu merubah sesuatu yang belum tentu dapat dilakukan menjadi sebuah kenyataan. Misalnya, kalau dahulu orang tidak dapat berbicara dengan orang lain yang berada di suatu tempat yang berjarak jauh, maka setelah

adanya telepon orang dapat berbicara tanpa batas dan jarak waktu. Dari sinilah, semula dengan ditemukannya berbagai perangkat sederhana, mulai dari telepon, yang berbasis analog, maju dan berkembang terus hingga muncul berbagai perangkat elektronik lainnya. Hingga akhirnya teknologi ini berintegrasi satu dengan lainnya. Teknologi komunikasi yang telah ada merupakan sebuah jawaban dari adanya perkembangan zaman. Hal ini terjadi karena semakin berkembang maju sebuah peradaban manusia maka teknologi pun akan terus mengalami perkembangan untuk menyelaraskan pola peradaban itu sendiri.

Istilah teknologi informasi mulai populer di akhir tahun 70-an. Pada masa sebelumnya istilah teknologi informasi biasa disebut teknologi komputer atau pengolahan data elektronis (electronic data processing). Teknologi informasi didefinisikan sebagai teknologi pengolahan dan penyebaran data menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), komputer, komunikasi, dan elektronik digital. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, transportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) TIK, mulai dari keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan dan pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga pemerintahan, pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan LSM. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sektor kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud teknologi informasi dan komunikasi?

2.    Apa implikasi IT dan internet?

3.    Bagaimana teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan?

4.    Apa dampak yang ditimbulkan dibidang pendidikan?

1.3 Tujuan

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah:

1.    Menguraikan apa yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi

2.    Memaparkan implikasi IT dan internet

3.    Memaparkan bagaimana teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan

4.    Memaparkan dampak yang ditimbulkan dibidang pendidikan

1.4 Sistematika Penulisan Makalah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian teknologi informasi dan komunikasi?

2.2  Implikasi IT dan internet?

2.3  Teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan?

2.4  Dampak yang ditimbulkan dibidang pendidikan?

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Teknologi Informasi dan Komunikasi

Ditinjau dari susunan katanya, teknologi informasi dan komunikasi tersusun dari 3 (tiga) kata yang masing-masing memiliki arti sendiri. Kata pertama, teknologi, berarti pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Istilah teknologi sering menggambarkan penemuan alat-alat baru yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik. Kata kedua dan ketiga, yakni informasi dan komunikasi, erat kaitannya dengan data. Informasi berarti hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian sekelompok data yang memberi nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan secara non verbal menggunakan gerak-gerik badan atau menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, atau mengangkat bahu.

Banyak pendapat yang mendefinisikan teknologi informasi dan komunikasi dengan bahasa yang berbeda-beda. Australian National Training Authority (ANTA) mendefinisikan teknologi informasi sebagai pengembangan teknologi dan aplikasi dari komputer dan teknologi berbasis komunikasi untuk memproses, menyajikan, mengelola data, dan informasi. Definisi ini mencakup pembuatan hardware dan komponen komputer, pengembangan software komputer dan berbagai jasa yang berhubungan dengan komputer, bersama-sama dengan perlengkapan komunikasi serta pembuatan komponen dan jasanya. Menurut Oxford English Dictionary edisi ke-2, definisi teknologi informasi adalah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), termasuk di dalamnya jaringan dan telekomunikasi yang biasanya termasuk dalam konteks bisnis atau usaha. Istilah teknologi informasi menjadi bagian dari kegiatan usaha yang memanfaatkan perangkat elektronik komputer.

2.2 Perkembangan Teknologi Komunikasi

Saat ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menengah kebawah dan golongan menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun kelompok. Perkembangan teknologi yang saat ini sangat cepat adalah teknologi komunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecanggihannya. Perkembangan komunikasi itu sendiri sebenarnya sejalan dengan kehidupan serta keberadaan dari manusia itu sendiri. Ada empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia. Menurut Nordenstreng dan Varis (1973) adalah:

1. Perolehan (aquisition) bahasa yaitu pada saat yang sama dengan lahirnya manusia.

2. pengembangan seni tulisan berdampingan dengan komunikasi yang berdasarkan pada bicara. reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alt pencetak, sehingga

3. memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya.

4. munculnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, Televisi, sampai dengan satelit.

(dikutip dari Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang & Perkembangannya, Zulkarimein Nasution. 1989: hal 15). Sedangkan menurut Alvin Toffler terdapat tiga peradaban dalam perkembangan dari teknologi itu sendiri yakni, zaman pertanian, zaman industri dan yang terakhir zaman informasi (dikutip dari Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang & Perkembangannya, Zulkarimein Nasution.1989: hal 2).

Sebelumnya sekedar menengok kembali, bahwa sebenarnya teknologi komunikasi itu sendiri telah muncul semenjak Zaman Pra-Sejarah. Dimana pada waktu itu orang sudah mampu menggunakan bentuk komunikasi. Akan tetapi bentuknya, masih sangat sederhana. Misalnya bentuk-bentuk sebatas gerakan alat tubuh, gambar-gambar sebagai bahasa, bunyi-bunyian dari tulang dan sebagainya. Akan tetapi meskipun demikian, hal tersebut telah dianggap sebagai sebuah bentuk komunikasi yang sesuai pada saat itu. Perkembangan selanjutnya telah sedikit mengalami kemajuan yang selangkah lebih baik lagi, misalnya bentuk komunikasi dalam huruf pictograf yang digunakan oleh bangsa Sumeria, Hierogliph oleh bangsa Mesir Kuno. Pada masa itu kedua jenis huruf ini juga sering digunakan ketika raja memberikan peraturan semacam tata tertib bagi masyarakatnya yang di pasang di tengah-tengah kota dimana bentuknya seperti bangunan tugu, yang dikenal sebagai UU berbentuk tugu peringatan. Kemajuan dari teknologi komunikasi dirasakan lebih baik lagi setelah ditemukannya kertas oleh Bangsa Cina yang terbuat dari serat daun Papyrus. Perkembangan ini bahkan sampai sekarang ini masih digunakan dan sangat dirasakan manfaatnya bagi umat manusia. Misalnya kertas digunakan dalam mencetak koran atau surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya.

Selanjutnya semakin berkembangnya pengetahuan manusia, maka teknologi komunikasi semakin menjadi lebih baik. Berawal dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt yang merupakan terbukanya masa Revolusi Industri, menimbulkan berbagai dampak yang memicu munculnya teknologi-teknologi lain. Satu langkah yang merupakan sungguh luar biasa, dimana penemuan satu hal menyebabkan munculnya berbagai hal lain. Penemuan telepon yang ditemukan pada tahun 1876,

merupakan perkembangan teknologi komunikasi dengan menggunakan penerapan konsep analog. Hal

tersebut berlangsung sampai sekitar tahun 1960-an. Dan setelah itu baru mengarah pada konsep digital.

Kemudian perkembangan selanjutnya yakni ditemukannya faximile yang merupakan pemanfaatan komunikasi dengan memeberikan data yang mampu dilewatkan melalui media telepon. Demikian halnya dengan perkembangan komputer. Komputer pertama yang diperkenalkan adalah ENIAC II. Digunakan pada tahun 1946, setelah perang dunia kedua. Komputer ini merupakan sebuah rangkaian elektronika lampu tabung yang mempunyai berat sebesar 20 ton.(dikutip dari http://artikel.total.or.id/artikel.php?id=1186&judul=Perkembangan%20Teknologi%20Digital, jack Febrian). Dengan adanya komputer inilah awal dari teknologi komunikasi dalam konteks digital kemudian berkembang dengan pesat. Era digital itu sendiri terjadi setelah satelit ditemukan dan di aktifkan.berbagai macam penemuan yang telah ada sedikit banyak mengubah corak kehidupan dari masyarakat itu sendiri.

2.2  Implikasi IT dan internet Pendidikan

Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), seperti diceritakan dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB), meskipun cerita yang seru justru muncul di bidang bisnis. Mungkin perlu diperbanyak cerita tentang manfaat Internet bagi bidang pendidikan. Adanya Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?.) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS5), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet6) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan. Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi. Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa “Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest growth industry”. (Lihat artikel majalah Forbes 15 Mei 2000.) Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja. Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia.

2.3 Teknologi Komunikasi di Bidang Pendidikan

Dari sekian banyak penemuan-penemuan baru yang ternyata sangat memberikan dampak luas bagi sebuah peradaban umat manusia di dalam berbagai cangkupan bidang kehidupan, salah satunya bidang pendidikan. Perkembangan teknologi dan komunikasi dalam bidang pendidikan,

Perkembangan teknologi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya ini ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke tempat di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.(dikutip dari http://puskom.man3malang.com/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=21&Itemid=26, Prof. Dr. H. Mohamad Surya). bahwa pergeseran proses pembelajaran yang mengalami perubahan dari kertas ke “On-Line” ini untuk saat ini telah dapat dirasakan maupun dilihat keberadaannya ketika sebuah instansi pendidikan menerapkan sistem komputerisasi. Banyak hal serta manfaat dari keberadaannya itu. Semisal ketika segala kegiatan yang berbasic pendidikan dapat diakses secara mudah lewat sebuah jaringan komputer ataupun jaringan internet yang tentunya hal tersebut berkat adanya satelit yang dioperasikan, maka siswa, mahasiswa, guru, dosen ataupun seluruh warga dalam lingkup pendidikan tersebut mampu memperoleh segala informasi yang ingin didapatkan.

Misalnya yang paling mutakhir adalah berkembangnya “Cyber Teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan media internet. Istilah lain yang poluper saat ini ialah e-learning yaitu sebuah model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi (internet). Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas dengan landasan berdasarkan tiga kriteria diantaranya yaitu :

(1)     E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi atau informasi,

(2)     Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,

(3)     Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing dan sebagainya. (dikutip dari http ://puskom.man3malang.com/index.php?option=com_conte t&task=view&id=21&Itemid=26, Prof. Dr. H. Mohamad Surya).

Istilah lain yang lebih popular dari perkembangan teknologi komunikasi ini yaitu sistem virtual. Dalam hal ini, kegiatan yang menyangkut komunitas virtual dapat dianggap sebuah hal yang lebih banyak digunakan dalam lingkungan akademis. Ini tentu dapat mempermudah tingkat keefektifan dari sebuah sistem pembelajaran, dimana siswa atau mahasiswa dapat mengakses materi-materi pendidikan secara lebih detail tanpa lewat interaksi secara langsung (face to face) dengan guru, tentor ataupun dosen yang bersangkutan. Untuk sekarang ini, banyak contoh lain yang seperti di atas akan tetapi di luar lingkup sekolah ataupun kampus, misalnya ada lembaga pendidikan semacam kursus atau bimbingan-bimbingan belajar dengan menggunakan media komputer (internet) dalam mengakses materi-materinya maupun ujian serta tesnya lewat internet. Tentunya hal ini merupakan langkah yang maju dalam konteks pendidikan. Selain perkembangan teknologi komunikasi dalam dunia pendidikan telah menjamah lingkup sistem pembelajaran dalam bidang akademis, sebenarnya juga telah merambah pada aspek lain (meskipun masih dalam lingkup pendidikan). Misalnya dengan adanya komputer, telepon, internet, mesin fotocopy dan segala perangkat dari sebuah teknologi komunikasi itu sendiri mampu membantu pekerjaan bagian tata usaha atau bagian-bagian yang lain. Dengan adanya digital library di perpustakaan instansi pendidikan, orang dapat mengakses buku atau literatur dengan cepat.

2.4 Dampak yang ditimbulkan di bidang pendidikan

2.4.1 Dampak Positif

a.    Mengubah peran guru atau dosen (pengajar) dan siswa atau mahasiswa (peserta didik) dalam pembelajaran. Perubahan peran tersebut diantaranya :

(1)   Posisi seorang yang dulunya sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, yang kemudian hanya sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar.

(2)   Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

b.    Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:

(1) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran

(2) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan berbagai pengetahuan

(3) Dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

c.     Mempercepat sebuah pekerjaan

d.    Pelajar mampu mengakses informasi, dimanapun, kapanpun, dan kepada atau siapapun

2.4.2 Dampak Negatif

a.    Pelajar menjadi pecandu dari keberadaan dunia maya secara berlebih.

Hal ini bisa terjadi ketika para pelajar tidak mempunyai sikap skeptis serta kritis terhadap sesuatu hal yang baru. Apalagi dalam konteks dunia maya (internet). Saat mereka tengah aksik berkutat dengan internet, sebenarnya secara tidak langsung mereka telah masuk di dalam dunia yang over free. Maka sangatlah penting adanya kedua sikap yang sangat vital tersebut sebagai benteng maupun filter dari segala sumber informasi yang ada. Selain itu, sikap perhatian dari orang tua juga sangat berperan penting di dalam menanamkan nilai-nilai tentang sebuah norma maupun agama sebagai landasan.

b.    Tindakan kriminal (Cyber Crime)

Di dalam dunia pendidikan, ini bisa terjadi misalnya pencurian dokumen atau aset penting tentang sebuah tatanan pendidikan yang sesungguhnya dirahasiakan (dokumen mengenai ujian akhir atau negara) dengan menggunakan media internet. istilahnya, ada oknum yang membobol hal tersebut. Teknologi dapat menyebabkan tenaga manusia tidak berperan secara baik Dari perkembangan teknologi komunikasi yang semakin merajalela samapi detik ini, sedikit banyak pada akhirnya akan berimbas pada pengurangan tenaga kerja manusia. Ini terjadi karena tenaga manusia tidak lagi efiktif serta efisien dalam memproduksi sesuatu dalam kapasitas yang banyak. Ketika tenaga kerja manusia tidak lagi digunakan, maka otomatis akan menyebabkan banyaknya tingkat pengangguran. Setelah itu tentunya akan menambah tingkat kemiskinan. Dari kemiskinan tersebut kemudian akan muncul lagi masalah stabilitas keamanan yang kurang kondusif, karena banyak terjadi tingkat kriminalitas. Maka dapat disimpulkan bahwa, satu hal yang muncul dalam satu bidang akan memberikan dampaknya pula terhadap bidang-bidang yang lain. Saling keterkaitan antara satu dengan yang lain. Begitu pula dalam bidang pendidikan.

c.     Menimbulkan sikap yang apatis pada masing-masing individu, baik bagi pelajar maupun pengajar.

Ini bisa kita lihat misalnya pada sistem pembelajaran yang bersifat virtual maupun e-learning. Dimana sistem pembelajarannya yang tidak saling bertemu antara pelajar dengan pengajar. Pelajar yang kurang aktif dalam sistem pembelajaran tersebut nantinya akan mengaggap cuek terhadap tugas ataupun materi yang ada, karena mereka merasa tidak diawasi oleh orang (pengajar) melainkan mereka merasa hanya berhadapan dengan sebuah komputer.

BAB III

KESIMPULAN

Teknologi sekarang kian mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam segala aspek kehidupan umat manusia. Begitupun juga ketika kita membicarakan mengenai teknologi komunikasi, maka ini juga telah mengalami perkembangan. Sedangkan teknologi komunikasi itu sendiri menurut Rogers,1986 adalah peralatan perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai sosial yang memungkinkan individu untuk mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi. Dari yang dahulu pada zaman primif bentuk komunikasinya masih sangat sederhana, kemudian berkembang dan terus berkembang hingga akhirnya sampailah pada era digital seperti sekarang ini. Dari hal tersebut juga dipaparkan bahwa terdapat tiga macam peradaban menurut Alvin Toffler yakni, zaman pertanian, zaman industri dan yang terakhir zaman informasi (dikutip dari Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang & Perkembangannya, Zulkarimein Nasution). Teknologi komunikasi dalam bidang pendidikan sendiri kini juga mengalami perubahan yang sangat luar biasa dimana dengan adanya teknologi komunikasi yang canggih telah membawa banyak sekali dampak yang berarti bagi perkembangan dunia pendidikan itu sendiri. Dapat dilihat perkembangan tersebut diantaranya yakni sistem pembelajaran yang bersifat e-learning, serta hal lain yang bersifat teknis misal dengan adanya komputer, maka memberikan kemudahan pihak instansi pendidikan dalam pendataan dan lain sebagainya.

Lebih dari itu semua, perkembangan teknologi komunikasi sendiri pada hakekatnya tetap membawa berbagai dampak yang sangat luas, baik dampak positif maupun dampak negatif. Ketika dampak positif yang lebih berperan, maka akan sangat memberikan manfaat dalam kehidupan. Diantaranya menjadikan pekerjaan menjadi sangat mudah. Sebaliknya, ketika perkembangan teknologi komunikasi tersebut lebih menampilkan dampak negatifnya, maka akan muncul masalah baru diantaranya cyber crime dan lain sebagainya. Untuk itu setiap pengguna teknologi haruslah mempunyai sikap yang kritis serta skeptis terhadap teknologi komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2008/01/adri-multimedia-pengajaran.pdf

http://saidsuhilachmad.yolasite.com/resources/Manfaat%20TIK%20dalam%20Pembelajaran.pdf

Julianto arief setiadi, 2008, Buku pelajaran TIK SMA kelas X semester 1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta


 

Dampak negatif penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi di kalangan anak2

Ibu Endang merasa beruntung anak-anaknya ‘bersahabat’ dengan komputer sejak dini. Fatih (9), anaknya yang pertama, tak hanya senang bermain games, namun juga lancar mengoperasikan berbagai program olah kata dan angka. Sementara adiknya, Nadia (4) yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal program pendidikan dalam mengenal warna dan bentuk saja. Fatih kini pintar matematika lantaran sering berlatih dengan bantuan komputer. Sementara Nadia punya banyak kosakata bahasa Inggris juga lantaran sering bermain komputer.

Tetapi, Ibu Rahmi justru merasa punya masalah dengan ‘keakraban’ anaknya dengan komputer. Menurutnya, Rizki (7 tahun) kini lebih sukai ‘bermain’ dengan komputernya daripada dengan teman-temannya. Rizki bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain games. Ia juga malas bila diajak menulis atau menggambar. Tak heran, tugas menggambar di sekolah tidak pernah dikerjakannya sampai tuntas. Tetapi, untuk menggambar di komputer ia sangat pandai. Maklum, dengan satu dua klik-an saja, ia sudah dapat menggambar dan mewarnai dengan sempurna.
Pernah punya pengalaman senada?
Positif-Negatif
Nina Armando, Staf Pengajar Jurusan Komunikasi FISIP UI, mengatakan bahwa kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.

Senada dengan Nina, Muhammad Rizal, Psi, Psikolog di Lembaga Psikologi Terapan UI, mengatakan banyak manfaat dapat diambil dari penggunaan komputer, namun tak sedikit pula mudhorot yang bisa ditimbulkannya.

Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka.

Manfaat lain bisa diperoleh anak lewat program aplikasi berbentuk games yang umumnya dirancang untuk tujuan permainan dan tidak secara khusus diberi muatan pendidikan tertentu. Beberapa aplikasi games dapat berupa petualangan, pengaturan strategi, simulasi, dan bermain peran (role-play).

Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi.

Namun, sisi mudhorot penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah satunya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua, ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.

Akses negatif lewat internet
Pengaruh negatif lain, disepakati Nina dan Rizal adalah terbukanya akses negatif anak dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.

Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Nina mengungkapkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima pesan yang berisi muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.

Meski demikian, baik Nina maupun Rizal sepakat bahwa mengajarkan internet bagi anak, di zaman sekarang merupakan hal penting. Hanya saja, demi mencegah dampak negatifnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua.

Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaan internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus ‘melek’ media dan tidak gatek.
”Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka internet, juga tidak tahu apa-apa soal games yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya, orangtua baru menyesal,” sesal Nina.

Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.

Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.

Cegah kecanduan
Pengaruh negatif lain bagi anak, menurut Rizal, adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.

Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, menurut Rizal, orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.

Peran penting orangtua
Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua, Rizal kembali mengingatkan peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak.

Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.

Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak.

Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games, sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.

Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan Central Processing Unit (CPU) komputer.

Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya dengan mudah. Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus mendongak yang dapat menyebabkan kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis juga tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.

Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak. Jangan sampai anak kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman karena terlalu asik bermain komputer.


 

Jumat, 01 Februari 2008

DAMPAK HP BAGI SISWA

Dampak penggumakan HP bagi siswa
oleh joko wahono
” Hari gini gak punya HP? Aduh kasihan deh, lu.” Itu ungkapan yang sangat populer di kalangan remaja, terutama pelajar. Salah satu assesori yang paling penting bagi mereka agar digolongkan kelompok yang gaul. Namun, sayang sampai sejauh ini penulis belum menemukan penelitian tentang efektifitas telepon genggam bagi siswa.
Tidak bisa disangkal dengan penemuan teknologi canggih itu orang menjadi semakin leluasa berkomunikasi. Tak terkecuali para siswa di sekolah, terutama SMA dipastikan telah sangat akrab dengannya. Para guru sudah mafhum bahwa benda itu kini bukan lagi barang mewah seperti saat pertama kali muncul. Bahkan sering dijumpai siswa dengan latar belakang ekonomi yang pas-pasan pun memiliki barang itu. Meski tentu untuk mendapatkannya mereka memaksa orang tua dengan berbagai dalih.
Alasan Memiliki HP
Ada berbagai alasan siswa membawa telepon genggam (HP) ke sekolah, antara lain adalah untuk :
1. Melakukan komunikasi dengan orang tua.
Peran ini memang vital terutama bagi siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan ada kendala transportasi. Untuk itu peranan HP sangat penting sekali untuk memastikan kapan dan kapan jemputan diperlukan.
2. Mengikuti trend dan bahasa gaul.
Kebutuhan komunikasi tidak terlalu penting sebenarnya. Justru mereka tidak tahu untuk apa HP kecuali untuk mengekor teman-temannya. Penganut madzhab ini biasanya menggunakan HP untuk ber-sms-ria sesama kawannya. Dan dengan memiliki piranti ini mereka merasa derajatnya naik. Jadi ada bahasa simbol bagi kelompok ini. HP menjadi simbol pergaulan siswa.
3. Mencari informasi iptek lewat internet
Hal ini dimungkinkan dengan penemuan seri HP canggih generasi 3G yang memberikan kesempatan penggunanya untuk browsing internet lewat HP. Namun alasan ke tiga ini sangat sedikit yang mengikuti karena selain membutuhkan piranti yang harganya mahal, biaya pemakaiannya pun tidak murah.
Dari pengamatan penulis sebagai guru, ternyata alasan kedua yang paling banyak pengikutnya. Mereka memiki HP tidak dengan tujuan yang jelas kecuali untuk iseng dan mengejar gengsi. Tidak peduli dengan kondisi orang tua, mereka merasa belum afdhol kalau belum memiliki HP. Karena tujuannya kurang jelas dengan penggunaan alat itu maka dapat ditebak apa yang akan terjadi dengan pola komunikasinya. Mereka lebih banyak menghabiskan pulsa untuk hal yang tidak jelas pula, entah hanya sekedar ber-sms atau bertukar lagu dan atau gambar.
Dampak Bagi Siswa
Dampak dari pemakaian HP dengan maksud tak jelas itu sangat merugikan bagi siswa maupun orang tuanya, juga bagi guru sangat merugikan dalam kegiatan belajar mengajar. Meskipun penulis tidak menafikan dengan banyaknya manfaat yang bisa diperoleh oleh siswa dengan adanya HP seperti sudah dibahas di atas. Namun nampaknya keuntungan itu tidak sepadan dengan kerugian bagi pengguna dengan alasan-alasan tersebut. Paling tidak ada beberapa kerugian yang didapat :
1. Menurunnya konsentrasi belajar.
Perhatikan saja siswa yang banyak menggunakan HP dengan tujuan yang tidak jelas. Mereka akan lebih suka membicarakan isi SMS atau tipe HP yang tengah ngetrend daripada memperbincangkan pelajaran. Lebih parah lagi bagi sekolah yang kurang ketat dalam pengawasan penggunaan HP pada siswanya. Bisa-bisa saat pelajaran berlangsung para siswanya akan mencuri-curi waktu untuk melakukan SMS dengan temannya.
2. Menambah pengeluaran ekstra alias boros
Dengan kondisi perekonomian orang tua yang serba minim, namun karena anaknya memaksa untuk bisa memiliki HP maka mereka harus mengeluarkan anggaran ekstra. Bila sebelumnya orang tua cukup memberi uang jajan dan transport setelah memiliki HP harus menambah uang beli pulsa. Dan karena sebagian besar siswa belum memiliki skala prioritas dalam pembelajaran, maka sebagaian siswa menghabiskan uang mereka untuk membeli pulsa. Mereka rela tidak jajan asal bisa ber-sms-ria dengan temannya. Bahkan kebutuhan untuk membeli buku atau keperluan belajar lainnya bisa kalah dengan kebutuhan membeli pulsa. Para guru di daerah pinggiran utamanya akan sangat faham dengan perilaku siswa semacam ini.
3. Meningkatnya gambar porno dan kata-kata jorok lewat HP
Ini adalah akibat yang paling serius dari pemilikan HP yang tak memiliki tujuan yang jelas. Dengan keisengan khasnya, mereka menggunakan HP untuk saling bertukar gambar porno dan bercanda lewat sms dengan kata-kata yang menjurus porno pula. Bahkan yang paling mengerikan, mereka membuat gambar porno dengan model atau pemeran mereka sendiri seperti telah terjadi beberapa waktu lalu di salah satu SMA di Madiun, Jawa Timur.
Dan yang memprihatinkan biasanya orang tua tidak tahu aktifitas yang dilakukan anaknya lewat HP-nya. Karena banyak orang tua yang gaptek atau gagap teknologi, maka dengan gampangnya mereka dikelabuhi anaknya. Dengan berpura-pura menjadi anak yang manis di rumah dan berada di kamar dengan buku digelar di meja belajar. Namun sesungguhnya ia mengembara di dunianya yang lain nan jauh. Maka disinilah peran sekolah untuk selalu mengawasi penggunaan HP bagi siswa di sekolah sangat diperlukan.

Larangan Membawa HP di Sekolah
Berangkat dari hal tersebut penulis memberikan kesimpulan bahwa pemakaian HP bagi siswa di sekolah pada umumnya lebih banyak mudlorot ( keburukan ) dari pada manfaatnya. Maka akan sangat tepat apabila sekolah mempertimbangkan untuk melarang membawa HP ke sekolah bagi siswanya. Atau paling tidak memperbolehkan mengaktifkan HP di sekolah. Penulis yakin akan muncul keraguan dari sekolah atas keputusan yang tidak populer itu, namun dengan pertimbangan seberapa manfaat yang didapat dan keburukan yang akan diderita tentu pihak sekolah akan setuju dengan pendapat penulis. HP hanya boleh dibawa dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental, semisal : kemah, darmawisata, studi lapangan dll.
Tentunya akan muncul pertanyaan, apakah dengan pelarangan itu akan mampu mencegah penyalah-gunaan HP ? Toh mereka bisa melakukannya di luar jam sekolah ? Jawabnya memang ya. Tapi kita telah berusaha untuk mengurangi dampaknya. Dan ada hal yang sangat penting menurut penulis terkait dengan pemakaian HP bagi siswa, yakni :
1. Memberikan penjelasan secara komunikatif dan persuasif tentang manfaat dan kerugian HP bagi siswa. Tentu saja penjelasan itu diberikan sejujur dan sejelas mungkin, sehingga siswa memiliki pemahaman dan kesadaran diri yang cukup untuk menggunakan piranti tersebut secara bertanggung jawab.
2. Pada setiap pertemuan dengan orang tua , terutama pada awal tahun pelajaran sekolah agar memberikan penerangan pada orang tua sejelas dan sejujur mungkin tentang manfaat dan kerugian HP bagi siswa di sekolah. Dan bagi sekolah yang melarang siswanya membawa HP agar sedini mungkin memberikan tata tertib ini pada siswa dan orang tua agar mengetahuinya.
3. Secara berkala sekolah melakukan operasi terhadap benda-benda terlarang yang mungkin dibawa siswanya termasuk : obat-obatan terlarang, cerita dan gambar porno, senjata tajam, dll. Dan apabila dalam operasi itu didapatkan hal-hal yang melanggar tata tertib, maka pihak orang tua harus diberi tahu, sehingga pendidikan tetap berjalan dalam koridor tanggung jawab bersama.
Semoga generasi muda kita menjadi generasi yang cerdas dan mampu menggunakan kecanggihan teknologi secara arif. Semoga!


 

PENGARUH HP TERHADAP PRILAKU SISWA

oleh Privat Dan Bimbingan Belajat Future Center pada 13 Oktober 2010 jam 6:46

Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. HP dipergunakan untuk hal-hal pelayanan, transaksi bisnis dan promosi. Perkembangan teknologi semakin meningkat, fungsi HP semakin meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga dipergunakan dalam urusan lain seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera, Recoard, sehingga HP menjadi Multimedia. Siapa tak tertarik olehnya? Keberhasilan HP menggerogoti pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya pun merajalela. kini HP adalah sakunya anak didik. Hampir semua anak didik mengantongi HP. Mereka merasa PD dengan HP dan seolah-olah menyatakan dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”). Budaya tradisional semakin jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah. Etika oleh filsafat Yunani besar Aristoteles (384-322 s,M) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral. Secara etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di atas pengertian etika secara etimologi nampaknya belum cukup, maka ada penjelasan lain yang lebih koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), 3) ilmu tentang yang baik atau buruk (K.Bertens, 2005, hal 4-6). Kalau berorientasi pada teori belajar hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Pengalaman siswa bagian dari proses pembelajaran, kemampuan menggunakan HP juga bagian dari pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku atau prilaku yang bagaimana yang diinginkan dalam pendidikan?. Untuk menjawabnya adalah etika, etika moral sorang siswa. Jadi tujuan pendidikan atau pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang beretika. Bagaimana etika anak didik di era teknolgi HP saat ini? Dalam hal integritas kesiswaan, ada gejala-gejala kesenjangan. Anak didik yang membawa HP cendrung bersifat individualisme, mereka bergaual atau bercakap-cakap bukan dengan teman disampingnya, melainkan orang yang diluar lingkungan belajarnya dengan sarana SMS HP-nya. Karena HP barang mahal sehingga dapat dimaklumi bila ada keengganan meminjamkan pada temannya. Prilaku seperti ini berlangsung terus menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di antara anak didik yang membawa HP. Bagi anak didik yang tidak membawa HP merasa terasing di lingkungan sekolah bahkan merasa asing di kelasnya sendiri. Sekali dua kali dipinjamkam untuknya, selanjutnya tak heran muncul perasaan malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa yang tidak punya HP harus beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilingkungan kelasnya, caranya “menuntut kepada orang tua agar dibelikan HP”. Integritas semakin melemah dan kesenjangan pergaulan akibat Teknologi semakin besar walupun tidak muncul dipermukaan ( teori konflik laten) Di dalam ruang belajar (di kelas) sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan sengaja, sering suara HP berdering mengusik ketenangan dan keseriuasan belajar. Hanya dengan sepatah dua patah kata “maaf pak saya lupa mematikan” seorang guru tidak bias berbuat apa-apa, tertindas oleh teknologi. Tidak kalah menariknya untuk diungkapkan tentang prilaku siswa dalam ruangan kelas ketika mata pelajaran Matematik, Kimia atau Fisika, HP semuanya keluar dari kantong atau tasnya hanya untuk menjumlahkan, mengurangkan atau mengalikan bilangan-bilangan sederhana dalam contoh soal perhitungan yang diberikan oleh guru. Tentu ini gejala buruk bagi perkembangan nalar atau logika berpikir siswa. Tidak percaya dengan pikirannya, lambat menggunakan pikiran atau nalar dan bahkan factor malas orat-oret karena lebih praktis dengan HP. Yang lebih memprihatinkan menjawab soal ulangan dengan bantuan teman lewat SMS.

 

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Muhammad Syafti Pebrianda, Dian Febriasari, Iman Adi Thaib, Lia Nita Hafiva, Mardiana, Diah Anggreni, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara untuk mengetahui pengaruh penggunaan handphone terhadap perilaku anak SMA, didapat data yang berasal dari angket kuisioner yang disebar kepada anak SMA yang berasal dari beberapa sekolah menengah atas yang ada dikota medan didapati bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan handphone oleh kalangan anak SMA terhadap perilaku mereka. Hal ini dapat kita lihat dari realita yang memperlihatkan banyak diantara anak SMA tersebut menggunakan handphone tidak hanya terbatas pada sarana komunikasi yang digunakan untuk bertukar informasi, dan fitur – fitur yang terdapat didalam handphone jauh lebih sering digunakan. Penggunaan fitur -fitur handphone tersebut oleh mereka mengindifikasikan terjadinya perubahan perilaku mereka.

 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada anak SMA mayoritas menyatakan bahwa mereka cenderung menghabiskan banyak waktu untuk menggunakan fasilitas – fasilitas yang terdapat didalam handphone tersebut. Dalam realita kita sering mendapati bahwa banyak anak remaja yang tergolong kedalam status siswa SMA menggunakan handphone lebih pada fitur – fitur yang tersedia didalamnya. Mereka cenderung menghabiskan waktu mereka untuk memainkan fasilitas game yang tersedia didalam handphone tersebut, atau dapat menghabiskan waktu berjam – jam untuk mendengarkan MP3 atau menggunakan fasilitas yang lain yang tak jarang yang dilakukan yaitu dengan menyendiri dan cenderung menjauh dari komunitas yang ada.

 

Salah satu yang terjadi di SMAN1 Balige ditemukan beberapa handphone siswa berisikan video porno. Kepala Sekolah SMAN1 Balige menjelaskan, sudah dua kali pihak guru pembimbing [BP] sekolah melakukan razia ke dalam semua ruangan kelas. Razia dilakukan mendadak. Setiap HP siswa diperiksa apakah berisi gambar atau video porno. Ternyata ada, ditemukan hampir 10 ponsel berisi film porno berdurasi singkat. Di antara yang tertangkap itu, ada juga HP milik pelajar perempuan.

Salah satu bentuk penanggulangan dampak penggunaan handphone terhadap prilaku siswa adalah pembebasan handphone yang dilakukan SMAN 3 Kediri. Menurut Kepala Sekolah SMAN3 Kediri mengatakan “Kami tidak bermaksud membatasi penggunaan teknologi komunikasi di sekolah. Sebagaimana sifat teknologi itu sendiri, kemajuannya memang tidak mungkin terbendung. Kebijakan seperti ini lebih bersifat sebagai filter belaka, demi kemajuan pendidikan dan siswa itu sendiri,” terang Wahid. Lebih jauh, Wahid juga menampik bahwa pengambilan kebijakan tersebut diartikan sebagai langkah praktis atas kegagalan sekolah mengimbangi perkembangan teknologi. ”Sekolah tidak alergi terhadap teknologi komunikasi. Hanya saja, dalam aplikasinya, sekolah juga bertanggung jawab terhadap perkembangan moral siswa terkait maraknya penyimpangan penggunaan teknologi kemunikasi ini,” elaknya. Itu sebabnya, lanjut Wahid, kebijakan tersebut masih berada dalam ambang komunikatif antara sekolah, orang tua, dan siswa. ”Pokok kebijakannya adalah melarang siswa membawa dan atau mengoperasionalkan HP di lingkungan sekolah selama KBM berlangsung. Kami tidak melarang siswa menyimpan HP di jok sepeda motor dan menyalakannya usai sekolah. Tetap ada sanksi untuk pelanggar, namun bentuknya juga bertahap, serta melibatkan peran orangtua siswa,” imbuhnya. Kebijakan tersebut juga menjadi bagian dari riset SMAN 3 mengenai pengaruh ada tidaknya HP dan hubungannya dengan perkembangan belajar siswa. Riset awal ini dicanangkan selama tiga tahun, dengan membandingkan grade nilai siswa sebelum dan sesudah adanya kebijakan ini. Namun demikian kebijakan ini tidak berlaku untuk guru dan staf, yang dibuatkan peraturan tersendiri. “Guru mau tidak mau akan tetap menjadi panutan. Oleh ebab itu, meskipun tidak dikenakan dengan kebijakan ini, ada peraturan yang menyebutkan guru boleh membawa dan menggunakan HP di sekolah, namun hanya ditempat-tempat tertentu.

(by sawal)

Top of Form

Suka · Komentari · Bagikan

Bottom of Form


 

Pengaruh HP terhadap Etika Siswa

Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya dengan berbagai alasan.

Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Pergeseran nilai terhadap HPmerupakan masalah baru bagi pelajaran ekonomi, (“kalau demikian pengetahuan tentang kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder dalam bidang ekonomi perlu disesuaikan”)
Teknologi HP merupakan alat komunikasi, seperti hal telepon rumah. Tetapi lebih praktis dibandingkan telepon rumah, sehigga menjadi pilihan bagi kalangan elit politik, birokrasi , bisnisman, swastawan, dan kalangan atas lainya. HP dipergunakan untuk hal-hal pelayanan, transaksi bisnis dan promosi. Perkembangan teknologi semakin meningkat, fungsi HP semakin meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga dipergunakan dalam urusan lain seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera, Recoard, sehingga HP menjadi Multimedia. Siapa tak tertarik olehnya?

Keberhasilan HP menggerogoti pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya pun merajalela. kini HP adalah sakunya anak didik. Hampir semua anak didik mengantongi HP. Mereka merasa PD dengan HP dan seolah-olah menyatakan dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”). Budaya tradisional semakin jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah.

Etika oleh filsafat Yunani besar Aristoteles (384-322 s,M) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral. Secara etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di atas pengertian etika secara etimologi nampaknya belum cukup, maka ada penjelasan lain yang lebih koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), 3) ilmu tentang yang baik atau buruk (K.Bertens, 2005, hal 4-6).
Kalau berorientasi pada teori belajar hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Pengalaman siswa bagian dari proses pembelajaran, kemampuan menggunakan HP juga bagian dari pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku atau prilaku yang bagaimana yang diinginkan dalam pendidikan?. Untuk menjawabnya adalah etika, etika moral sorang siswa. Jadi tujuan pendidikan atau pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang beretika. Bagaimana etika anak didik di era teknolgi HP saat ini?

Dalam hal integritas kesiswaan, ada gejala-gejala kesenjangan. Anak didik yang membawa HP cendrung bersifat individualisme, mereka bergaual atau bercakap-cakap bukan dengan teman disampingnya, melaian orang yang diluar lingkungan belajarnya dengan sarana SMS HP-nya. Karena HP barang mahal sehingga dapat dimaklumi bila ada keengganan meminjamkan pada temannya. Prilaku seperti ini berlangsung terus menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di antara anak didik yang membawa HP. Bagi anak didik yang tidak membawa HP merasa terasing di lingkungan sekolah bahkan merasa asing di kelasnya sendiri. Sekali dua kali dipinjamkam untuknya, selanjutnya tak heran muncul perasaa malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa yang tidak punya HP harus beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilngkungan kelasnya, caranya “menuntut kepada orang tua agar dibelikan HP”. Integritas semakin melemah dan kesenjangan pergaulan akibat Teknologi semakin besar walupun tidak muncul dipermukaan ( teori konflik laten)

Di dalam ruang belajar (di kelas) sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan sengaja, sering suara HP berdering mengusik ketenang dan keseriuasan belajar. Hanya dengan sepatah dua patah kata “maaf pak saya lupa mematikan” seorang guru tidak bias berbuat apa-apa, tertindas oleh teknologi.
Tidak kalah menariknya untuk diungkapkan tentang prilaku siswa dalam ruangan kelas ketika mata pelajaran Matematik, Kimia atau Fisika, HP semuanya keluar dari kantong atau tasnya hanya untuk menjumlahkan, mengurangkan atau mengalikan bilangan-bilangan sederhana dalam contoh soal perhitungan yang diberikan oleh guru. Tentu ini gejala buruk bagi perkembangan nalar atau logika berpikir siswa. Tidak percaya dengan pikirannya, lambat menggunakan pikiran atau nalar dan bahkan factor malas orat-oret karena lebih praktis dengan HP. Yang lebih memprihatinkan menjawab soal ulangan dengan bantuan teman lewat SMS.

Sikap dalam berinteraksi dengan guru seakan-akan tidak ada perbedaan, rasa hormat hanya prilaku yang bersifat semu bahkan cendrung bersifat subyektif. Mereka hanya menunjukan hormatnya ketika mereka perlu (menghadap). Terkadang acuh tak acuh dengan guru yang ada disampingnya, sibuk memainkan HP. Guru tidak gila hormat, tetapi hormat kepada guru adalah bagian dari etika siswa (Konsep Guru Pengajian, dan juga terdapat dalam Manawa Dharmasastra, pasal 71 dan 72)
Mengingat kecanggihan HP sebagai multimedia, menyetel lagu-lagu, menjadi ngetren di saat saat istiharat, di sana-sini terdengar alunan musik dari HP-HP. Dan tidak menutup kemungkinan ada siswa yang mojok memutar pornografi dan luput dari pantauan guru. Siswa jarang mendiskusikan mata pelajaran yang telah diikuti dan tak peduli hasil ulangan kecil, karena kebanggaan telah bergeser dari prestasi ke modernisasi.

Pendek kata HP dikalangan siswa dalam lingkungan pendidikan seperti penyedap makanan nikmat, merangsang keinginan, tetapi tak disadari meracuni etika dan moralitas siswa. Etika kesiswaan mengalami degradasi dari dalam dirinya sendiri, dan abrasi dari lingkungan sosialnya. Pendidikan dihadapkan pada masalah dimana ruang dan waktu tak mungkin dirubah. Motivasi belajar siswa tak menentu, datang kesekolah untuk apa dan untuk siapa? Pertannyan ini mungkin tak akan pernah terjawab dengan benar oleh siswa (maksudnya tidak sesuai dengan tujuan Pendidikan seperti tercantum dalam konsep wawasan Wyata Mandala.

Apakah mungkin dikeluarkam larangan membawa HP bagi siswa?. Masyarakat akan menuding institusi ini tidak mengenal Teknologi, bahkan mungkin saja orang tua akam demo dengan alasan yang sama. Lalu bagaimana?. Dan salah siapa?. Kalau dicermati dari masing-masing komponen, sekolah, siswa, orang tua, maka semua benar. Tapi yang perlu disadari sebagai penekanan adalah teknologi silahkan jalan, tetapi hendaknya dibarengi dengan nilai-nilai, moralitas (etika).


 

pengaruh teknologi bagi kehidupan manusia

November 30th, 2009 • RelatedFiled Under

Filed Under: Umum

Pendahuluan

Istilah teknologi informasi mulia populer di akhir tahun 70-an . Pada masa sebelumnya informasi teknologi biasa disebut teknologi komputer atau pengolahan data . Teknologi informasi merupakan elemen penting dalam kehidupan masyarakat . Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang sangat besar . Teknologi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor manusia yang memberikan andil besar dalam perubahan-perubahan yang mendasar.

Handphone pada hakikatnya sanagat diperlukan oleh semua masyarakat . pada umumnya fungsi daripada handphone sendiri selain untuk berkomunikasi dengan sanak saudara atau teman-teman , handphone juga dijadikan teman bermain , mendengarkan musik, dan mengabadikan momen-momen tertentu lewat kamera handphone . Oleh karena itu banyak dampak positif maupun negatif daripada penggunaan handphone .
Dampak positif dari penggunaan handphone .

1. Mempermudah komunikasi.
2. Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi.
3. Memperluas jaringan persahabatan.

Dampak kurang baik dari handphone dan menurunkan kualitas belajar.

Radiasi

Sejumlah penelitian yang dilakuan menunjukkan radiasi telepon genggam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Misalnya meningkatkan risiko terkena tumor telinga dan kanker otak, berpengaruh buruk pada jaringan otak, merusak dan mengurangi jumlah sperma hingga 30 persen, mengakibatkan meningioma, neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan kanker kelenjar ludah. Sayangnya, tak satu pun 6 vendor telepon seluler terbesar dunia merespon hasil-hasil penelitian tersebut. Boleh saja para ahli mengingatkan bahayanya gelombang elektromagnetik, namun hampir selalu ditanggapi produsen dengan statement, “Aman-aman saja.”

Meski belum ada kepastian terhadap hasil penelitian ini, pimpinan proyek penelitian Franz Adlkofer menyarankan tindakan pencegahan dengan menganjurkan penggunaan telepon genggam hanya dalam keadaan darurat saja. Artinya, kalau di sekitar Anda tersedia telepon biasa sebaiknya Anda menghindari memakai telepon seluler. Atau, menggunakan peralatan hands-free kapan saja memungkinkan.

2. Gangguan Reproduksi

Seperti sebuah mitos, tetapi ada sedikit data yang menyebutkan bahwa handphone dapat memberikan efek pada kesuburan pria. Faktanya, sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal medis, Fertility & Serility, menguji penggunaan handphone oleh 361 pria pada sebuah klinik kesuburan. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin sering seorang pria menggunakan handphone-nya, semakin rendah jumlah, kualitas dan ketahanan sperma mereka.

Pada bulan Oktober, dilaporkan sebuah penelitian yang dilakukan pada hewan menemukan bahwa tikus yang diberi emisi handphone 6 jam perhari selama 18 minggu memiliki kecenderungan yang lebih besar mengalami kematian sperma dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi perlakuan. Peneliti tersebut mengatakan dari hasil tersebut bisa diyakini membawa handphone dekat dengan alat reproduksi dapat memberi efek negatif pada kesuburan.

3. Tumor Mulut

Penggunaan ponsel dalam waktu lama dan rutin akan meningkatkan resiko tumor sekitar 50 persen dibanding mereka yang sama sekali tak menggunakan ponsel.

Studi baru yang dilakukan ilmuwan Israel yang hasil penelitiannya dimuat di American Journal of Epidemiology menyatakan bahwa setidaknya 402 orang mengalami tumor mulut dalam kondisi sedang, sementara 56 lainnya masuk kategori kanker ganas. Penelitian ini melibatkan 1.266 pengguna ponsel. Mereka yang menggunakan ponsel lebih dari normal, atau menggunakan dalam waktu lama dan kontinyu beresiko mengembangkan tumor pada parotid gland (kelenjar liur), yang terletak di mulut dengan posisi dekat telinga. Pengguna ponsel di area pedesaan atau kawasan pinggiran, di mana ponsel bekerja lebih keras untuk melakukan kontak dengan BTS (Base Transceiver Station) terdekat, beresiko lebih besar terkena tumor.

Studi menyebutkan bidang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel secara kontinyu akan membuat sel tubuh bereaksi berlebihan. Namun tingkat radiasi ponsel yang digunakan selama ini masih dinilai terlalu kecil efeknya pada kesehatan bahkan untuk mengacaukan atau merusak struktur DNA. Para ilmuwan masih terus melanjutkan misteri efek ponsel pada kesehatan ini.

Namun dampak negatif yang ditimbulkan teknologi handphone terhadap kesehatan dapat kita hindarkan dengan menggunakan handsfree agar radiasi yang di pancarkan oleh handphone tidak langsung memancar ke otak.

Pengaruh HP terhadap Etika Siswa
Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Pergeseran nilai terhadap HPmerupakan masalah baru bagi pelajaran ekonomi, (“kalau demikian pengetahuan tentang kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder dalam bidang ekonomi perlu disesuaikan”)
Teknologi HP merupakan alat komunikasi, seperti hal telepon rumah. Tetapi lebih praktis dibandingkan telepon rumah, sehigga menjadi pilihan bagi kalangan elit politik, birokrasi , bisnisman, swastawan, dan kalangan atas lainya. HP dipergunakan untuk hal-hal pelayanan, transaksi bisnis dan promosi. Perkembangan teknologi semakin meningkat, fungsi HP semakin meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga dipergunakan dalam urusan lain seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera, Recoard, sehingga HP menjadi Multimedia. Siapa tak tertarik olehnya?
Keberhasilan HP menggerogoti pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya pun merajalela. kini HP adalah sakunya anak didik. Hampir semua anak didik mengantongi HP. Mereka merasa PD dengan HP dan seolah-olah menyatakan dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”). Budaya tradisional semakin jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah.
Etika oleh filsafat Yunani besar Aristoteles (384-322 s,M) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral. Secara etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di atas pengertian etika secara etimologi nampaknya belum cukup, maka ada penjelasan lain yang lebih koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), 3) ilmu tentang yang baik atau buruk (K.Bertens, 2005, hal 4-6).
Kalau berorientasi pada teori belajar hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Pengalaman siswa bagian dari proses pembelajaran, kemampuan menggunakan HP juga bagian dari pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku atau prilaku yang bagaimana yang diinginkan dalam pendidikan?. Untuk menjawabnya adalah etika, etika moral sorang siswa. Jadi tujuan pendidikan atau pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang beretika. Bagaimana etika anak didik di era teknolgi HP saat ini?
Dalam hal integritas kesiswaan, ada gejala-gejala kesenjangan. Anak didik yang membawa HP cendrung bersifat individualisme, mereka bergaual atau bercakap-cakap bukan dengan teman disampingnya, melaian orang yang diluar lingkungan belajarnya dengan sarana SMS HP-nya. Karena HP barang mahal sehingga dapat dimaklumi bila ada keengganan meminjamkan pada temannya. Prilaku seperti ini berlangsung terus menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di antara anak didik yang membawa HP. Bagi anak didik yang tidak membawa HP merasa terasing di lingkungan sekolah bahkan merasa asing di kelasnya sendiri. Sekali dua kali dipinjamkam untuknya, selanjutnya tak heran muncul perasaa malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa yang tidak punya HP harus beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilngkungan kelasnya, caranya “menuntut kepada orang tua agar dibelikan HP”. Integritas semakin melemah dan kesenjangan pergaulan akibat Teknologi semakin besar walupun tidak muncul dipermukaan ( teori konflik laten)
Di dalam ruang belajar (di kelas) sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan sengaja, sering suara HP berdering mengusik ketenang dan keseriuasan belajar. Hanya dengan sepatah dua patah kata “maaf pak saya lupa mematikan” seorang guru tidak bias berbuat apa-apa, tertindas oleh teknologi.
Tidak kalah menariknya untuk diungkapkan tentang prilaku siswa dalam ruangan kelas ketika mata pelajaran Matematik, Kimia atau Fisika, HP semuanya keluar dari kantong atau tasnya hanya untuk menjumlahkan, mengurangkan atau mengalikan bilangan-bilangan sederhana dalam contoh soal perhitungan yang diberikan oleh guru. Tentu ini gejala buruk bagi perkembangan nalar atau logika berpikir siswa. Tidak percaya dengan pikirannya, lambat menggunakan pikiran atau nalar dan bahkan factor malas orat-oret karena lebih praktis dengan HP. Yang lebih memprihatinkan menjawab soal ulangan dengan bantuan teman lewat SMS.
Sikap dalam berinteraksi dengan guru seakan-akan tidak ada perbedaan, rasa hormat hanya prilaku yang bersifat semu bahkan cendrung bersifat subyektif. Mereka hanya menunjukan hormatnya ketika mereka perlu (menghadap). Terkadang acuh tak acuh dengan guru yang ada disampingnya, sibuk memainkan HP. Guru tidak gila hormat, tetapi hormat kepada guru adalah bagian dari etika siswa (Konsep Guru Pengajian, dan juga terdapat dalam Manawa Dharmasastra, pasal 71 dan 72)
Mengingat kecanggihan HP sebagai multimedia, menyetel lagu-lagu, menjadi ngetren di saat saat istiharat, di sana-sini terdengar alunan musik dari HP-HP. Dan tidak menutup kemungkinan ada siswa yang mojok memutar pornografi dan luput dari pantauan guru. Siswa jarang mendiskusikan mata pelajaran yang telah diikuti dan tak peduli hasil ulangan kecil, karena kebanggaan telah bergeser dari prestasi ke modernisasi.
Pendek kata HP dikalangan siswa dalam lingkungan pendidikan seperti penyedap makanan nikmat, merangsang keinginan, tetapi tak disadari meracuni etika dan moralitas siswa. Etika kesiswaan mengalami degradasi dari dalam dirinya sendiri, dan abrasi dari lingkungan sosialnya. Pendidikan dihadapkan pada masalah dimana ruang dan waktu tak mungkin dirubah. Motivasi belajar siswa tak menentu, datang kesekolah untuk apa dan untuk siapa? Pertanyaan ini mungkin tak akan pernah terjawab dengan benar oleh siswa .
Apakah mungkin dikeluarkam larangan membawa HP bagi siswa?. Masyarakat akan menuding institusi ini tidak mengenal Teknologi, bahkan mungkin saja orang tua akam demo dengan alasan yang sama. Lalu bagaimana?. Dan salah siapa?. Kalau dicermati dari masing-masing komponen, sekolah, siswa, orang tua, maka semua benar. Tapi yang perlu disadari sebagai penekanan adalah teknologi silahkan jalan, tetapi hendaknya dibarengi dengan nilai-nilai, moralitas (etika).


 

Perubahan perilaku anak akibat ponsel

 

 

Siapa yang saat ini masih tidak mengenal alat yang disebut dengan ponsel atau telepon selular, awalnya memang ponsel ini termasuk barang yang cukup “mewah” dikarenakan mahal dari segi harga perangkat maupun harga pulsanya, akan tetapi, kini seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan produsen ponsel yang kian ketat,, ponsel kini sudah tidak lagi menyandang predikat “barang mewah”. Dengan demikian, alat komunikasi ini bukan lagi menjadi kebutuhan sekunder, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer. Penggunaan ponsel juga sudah cukup merambah ke hampir semua kalangan masyarakat, dari pelajar sampai mahasiswa kini sudah dapat menggunakan alat komunikasi ini, bahkan anak SD pun sudah cukup banyak yang mengantongi ponsel, walau sebenarnya tidak direkomendasikan karena radiasinya clip_image002

Tentunya perangkat ini juga memberikan dampak perubahan perilaku pada masyarakat, contohnya, ketika saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu Taman Kanak-kanak  di kota Bandung, ponsel sudah menjadi barang kebanggaan orang tua, ada beberapa dari mereka yang mampu membeli sebuah (atau beberapa) ponsel mahal, sehingga ponsel itu sendiri menjadi ajang gengsi-gengsian antar orang tua, walau saya sendiri yakin, fungsi utama ponselnya sudah tidak diperhatikan clip_image003

Celakanya, perilaku ini menular pada anak-anaknya, terutama pada anak-anak yang dibelikan ponsel, bahkan saya sempat menemukan ada anak yang ketika diminta bayar SPP sangat susah sekali untuk membayar, tapi disaat yang bersamaan mereka mampu untuk membeli ponsel canggih yang harganya jutaan rupiah. Padahal jumlah nominal SPP saya rasa sangat tidak sebanding dengan harga ponsel yang dia miliki sendiri.

Oke, selain itu juga, mulai muncul perilaku negatif yang lainnya, salah satunya adalah anak-anak menjadi bersifat lebih individualistis, mereka lebih asyik dengan ponsel mereka masing-masing, karena ponsel sekarang bukan lagi alat komunikasi suara dan pesan singkat(SMS) saja, tapi kebanyakan sudah bisa internet, chattingMP3 Player, Game, Video Player, dan lain-lain. Akibat dari efek individualistis inilah yang menyebabkan konsentrasi si anak menjadi berkurang, saya juga masih sering melihat anak Facebook-an saat jam pelajaran yang notabene tidak memperhatikan guru, atau lebih extreme lagi, dimana sang anak menutup telinganya saat guru menerangkan(statement kedua sih pengalaman pribadi,hehe). Itulah yang membuat mereka tenggelam dalam dunia maya, dan membuat mereka menjadi malas dan konsumtif.

 

Lalu antisipasinya bagaimana? Yaa, ada beberapa solusi yang cukup ampuh, salah satunya adalah orangtua membekali anaknya dengan ponsel yang fasilitasnya tidak terlalu banyak, cukup menggunakan ponsel standar yang bisa SMS dan telepon saja, cara ini saya kira cukup ampuh, mengingat zaman saya SMP dulu, hanya dibekali ponsel Siemens C25, yang hanya bisa telepon dan SMS saja, bahkan fasilitas jam dan kalkukator pun tidak ada clip_image005. Bagaimana dengan peraturan tidak diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah? Biasanya banyak orangtua yang cukup keberatan,  terkadang ada beberapa anak yang masih perlu dijemput atau agar orangtua dapat memantau kondisi anaknya, saya juga secara pribadi kurang setuju dengan peraturan ini, karena saya pernah mengalami saat dimana sulit menghubungi orangtua saat itu, menggunakan jasa wartel tarifnya sangat mahal, sedangkan telepon koin tidak bisa menghubungi ponsel.

Jadi, sebenarnya kita(atau tepatnya guru karena penulis bukan guru, jadi penulis bukan kita clip_image003[1]) memberikan pengertian kepada si anak, bahwa ponsel memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, kalaupun memiliki fasilitas games, facebook, chatting, dan lain-lain sebaiknya tidak menggunakan fasilitas tersebut saat jam pelajaran, dan saat jam pelajaran berlangsung ponsel harus dimatikan sepenuhnya(bukan flight mode atau Music Mode). Dan juga sebaiknya guru juga mengikuti saran seperti diatas agar dapat menjadi contoh bagi siswa-siswinya.

Image Source:Flickr(Here, here, and here)

 

 

 

1 komentar: