Submit

10 Okt 2012

KARYA TULIS Potensi Taman Geologi Karangsambung

KARYA TULIS

Potensi Taman Geologi Karangsambung

Karya Tulis Ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat

untuk Menempuh Evaluasi Balajar Tahap Akhir (UAS/UAN)

SMA Negeri 1 Kutowinangun

clip_image002Tahun Pelajaran 2011 / 2012

Disusun Oleh :

1. Desti Anggraeni (5571)

2. Iklas Supriyanto (5629)

3. Oka Yoga Riana (5696)

4. Puji Hartono (5704)

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN

2012

Potensi Taman Geologi Karangsambung

Karya Tulis Ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat

untuk Menempuh Evaluasi Balajar Tahap Akhir (UAS/UAN)

SMA Negeri 1 Kutowinangun

clip_image003Tahun Pelajaran 2011 / 2012

Disusun Oleh :

1. Desti Anggraeni (5571)

2. Iklas Supriyanto (5629)

3. Oka Yoga Riana (5696)

4. Puji Hartono (5704)

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN

2012

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : Potensi Taman Geologi Karangsambung

Penyusun :

1. Desti Anggraeni (5571)

2. Iklas Supriyanto (5629)

3. Oka Yoga Riana (5696)

4. Puji Hartono (5704)

Sekolah : SMA Negeri 1 Kutowinangun

Karya Tulis ini disahkan pada................................

Oleh :

Mengetahui,

Kepala Sekolah Pembimbing

Dra. Nurhidayati Drs. Kirwanto

NIP. 19601107 198803 2004 NIP. 19630809 199572 1 001

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “Potensi Taman Geologi Karangsambung” dengan baik. Karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung baik moral maupun material.

2. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Kutowinangun yang telah memberikan izin dan mendukung dalam pembuatan karya tulis ini.

3. Drs. Kirwanto, selaku guru pembimbing yang telah membimbing untuk menyelesaikan karya tulis ini.

4. Berbagai pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam penyelesaian karya tulis ini.

Karya tulis ini merupakan hasil pembelajaran dari data-data yang penulis dapatkan dari beberapa sumber. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat guna menempuh evaluasi belajar tahap akhir (UAS/UAN) SMA Negeri 1 Kutowinangun tahun pelajaran 2011 / 2012.

Penulis yakin karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangannya tetapi bagaimanapun juga penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan karya tulis ini. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaaat dan berguna bagi para pembaca. Terima kasih.

Kutowinangun, 2012

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul............................................................................................................. i

Lembar Pengesahan..................................................................................................... ii

Kata Penghantar......................................................................................................... iii

Daftar Isi.................................................................................................................... iv

Ringkasan Karya Imiah............................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 2

1.4 Manfaat.................................................................................................. 2

BAB II. TELAAH PUSTAKA............................................................................ 3

2.1 ............................................................................................................... 3

2.1.1 ..................................................................................................... 3

2.1.2 ..................................................................................................... 6

2.2 Prospek Minyak Mahoni........................................................................ 7

2.3 Berbagai Tumbuhan Penghasil Biodiesel............................................... 8

2.4 Minyak Nabati....................................................................................... 10

2.5 Proses Pembuatan Minyak Mahoni........................................................ 12

2.6 Stándar Baku Mutu Biodiesel............................................................... 14

BAB III. METODOLOGI................................................................................... 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 16

3.2 Bahan dan Alat...................................................................................... 16

3.2.1 Bahan........................................................................................... 16

3.2.2 Alat.............................................................................................. 16

3.3 Metode Pembuatan Minyak................................................................... 17

3.4 Pengujian............................................................................................... 18

3.4.1 Performa Warna, Kekentalan dan Kapilaritas............................. 18

3.4.2 Lama Api Menyala...................................................................... 18

3.4.3 Derajat Panas yang Dihasilkan.................................................... 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 20

4.1 Performa Minyak Mahoni...................................................................... 20

4.1.1 Performa warna, kekentalan dan kapilaritas................................ 20

4.1.2 Lama api menyala........................................................................ 20

4.1.3 Derajat panas yang dihasilkan..................................................... 22

4.2 Keunggulan dan Kelemahan.................................................................. 22

4.3 Meningkatkan Prospek Minyak Mahoni................................................ 23

BAB V. PENUTUP.............................................................................................. 25

5.1 Kesimpulan............................................................................................ 25

5.2 Saran...................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

LAMPIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagaimana proses pembentukan bumi? Menurut para ilmuwan, Bumi berasal dari awan gas dan debu. Pada mulanya, awan gas dan debu raksas berputar-putar di sekeliling matahari yang baru saja terbentuk partikel-partikel yang berbentuk awan ditarik oleh gaya gravitasi dan menyatu hingga memadat membentuk sebuah bola batuan. Keadaan ini membuat bumi semakin panas dan menjadi bola berpijar. Selanjutnya, bagian-bagian luar bumi lambat laun mulai mendingin dan mengeras. Suhu bumi bagian tengah masih sangat panas meskipun bagian luar telah mendingin. Bola batuan ini merupakan bentuk awal dari planet bumi. Proses pembentukan bumi memerlukan waktu yang sangat lama. Proses ini berasal dari tenaga yang ada didalam bumi atau tenaga yang berasal dari luar bumi yang mengakibatkan permukaan bumi tidak rata. jika kita mengamati permukaaan bumi baik langsung dari foto udara, maka bumi terlihat permukaannya tidak rata, ada bagian bumi yang menonjol, rata atau ada bagian yang cekung. Bentuk muka bumi yang tidak rata tersebut disebabakan oleh tenaga geologi.

Tenaga geologi adalah tenaga yang memengarui bentuk muka bumi. Ada 2 macam tenaga geologi, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang memengaruhi bentuk muka bumi yangn berasal dari dalam bumi. Misalnya, tektonisme dan vulkanisme. Sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang memengaruhi bentuk permukaan bumi yang berasal dari luar bumi, misalnya `erosi, sedimentasi, dan pelapukan.

Berbagai fenomena dan gejala alam dapat kita saksikan di lingkungan sekitar. Fenomena dan gejala itu sering membangkitkan keingintauan dan membuat kita bertaya-taya. Misalnya, bagaimana (how) pegunungan terbentuk? Di mana (where) gempa bumi sering terjadi? Mengapa (why) pemukiman padat berkembang didataran rendah? Kapan (when) berlangsung musim kemarau? Apa (what) yang menyebabkan banjir bandang?

Konsep dasar geografi, prinsip dasar geografi, metode penelitian geografi merupakan unsure penting dalam memahami fenomena atau kejadian geografi.Penjabaran konsep geografi selalu berkaitan dengan penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, bentuk, dan proses yang terjadi.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permasalahan seputar ilmu kebumian mulai terjawab. Teori dan konsep baru yang diaplikasikan berdasarkan hasil penelitian yang berkelanjutan mampu memberikan jawaban yang logis. Salah satunya adalah dengan berdirinya kawasan cagar alam geologi Karangsambung.

Karangsambung merupakan suatu kawasan yang langka dan istimewa karena potensi alamnya yang cukup sempurna. Selain itu, daerah ini juga menyimpan bukti-bukti sejarah evolusi bumi yang dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran tentang proses tektonik serta pembentukan batuan-batuannya. Sedangkan di pandang dari studi ilmu kebumian, daerah ini merupakan suatu daerah yang menarik dan penting yang terdapat di Indonesia.

Oleh karena itu, penulis mengambil tema tentang ilmu kebumian Karangsambung.

1.2 Rumusan Masalah :

1. Apa itu Karangsambung?

2. Bagaimana karakteristik Karangsambung?

3. Apa saja yang dapat kita pelajari di Karangsambung?

4. Apa manfaat mempelajari Karangsambung?

5. Apa saja potensi yang terdapat di Karangsambung?

1.3 Tujuan :

1. Meneliti, mempelajari, serta memahami tentang Karangsambung dan ilmu yang terdapat di dalamnya.

2. Mengetahui karakteristik Karangsambung.

3. Mengetahui potensi apa saja potensi dari Karangsambung.

1.4 Manfaat :

1. Dapat mempelajari ilmu yang terdapat di Karangsambung.

2. Dapat mengenali jenis-jenis batuan yang terdapat di Karangsambung.

3. Melatih ketrampilan menulis sesuai dengan tata bahasa yang baik dan benar.

BAB 2. DESKRIPSI KARANGSAMBUNG

2.1 Keunikan Karangsambung

Sekitar dari 120 juta tahun yang lalu, Pulau Jawa masih terendam di bawah samudra. Pulau ini baru sekarang mulai terangkat ke permukaan karena berbagai aktifitas geologi. Bukti itu bisa terlihat di Cagar Alam Geologi Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, yang baru saja diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 November

2006.

Di daerah yang terletak 19 kilometer di sebelah utara Kebumen itu berhimpun berbagai jenis batuan dan struktur geologi. Di tepi Kali Brengkok, misalnya, hanya 10 meter meter dari jembatan, terdapat singkapan batu tertua di Pulau Jawa. Umur batu seismika, yang berkilau keperakan, diperkirakan 121 juta tahun.

Tak jauh dari tepi jalan, tergeletak batu serpentinit, yang menjadi saksi proses evolusi lempeng Asia. Batu ini semula berasal dari kerak samudra yang terangkat ke permukaan akibat tumbukan dua lempeng besar, yaitu lempeng samudra Indo-Australia dan lempeng Benua Asia. Memegang batu hijau gelap ini bagaikan menjelajahi lantai samudra tapi di atas permukaantanah.

Di sini juga bisa ditemui Gunung Parang, sebuah gunung yang gagal menjadi gunung api. Batuan beku ini sudah mengalami intrusi, tapimendadak terhenti dan mengalami erosi.Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI Dr. Munasri, kolom-kolomnya menarik (sebagai media) untuk mempelajari bagaimana proses terbentuknya gunung berapi.

Keistimewaan daerah seluas 20 x 30 kilometer persegi inilah yang membuat Karangsambung dianggap sebagai jendela untuk mengintip isi perut bumi yang sudah berumur ratusan juta tahun. Hampir segala jenis batuan tersingkap di Karangsambung. Mulai batuan dari kerak bumi, lempeng samudra (rijang), sampai lempeng benua (sekis mika) bisa dilihat di sini. "Bisa dibilang Karangsambung adalah kotak hitamnya Pulau Jawa," kata Chusni Anshori, peneliti geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Karangsambung. Keunikan formasi batuan ini tak dapat ditemukan di tempat lain di Indonesia. Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI Dr Munasri menyatakan Bantimala di Sulawesi Selatan dan Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan juga memiliki struktur batuan tua tapi tersebar di lokasi yang berjauhan. "Di sini kecil, tapi komplet," kata Iskandar Zulkarnain, Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI.

Kawasan itu memiliki tiga jenis batuan dasar, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Di lokasi itu juga bisa dilacak bukti proses evolusi lempeng. kerak bumi. Para ahli geologi yakin, fenomena geologi yang khas selama terjadi evolusi bumi atau sejak zaman kapur, 120 juta tahun lampau, sampai sekarang bisa dirunut di Karangsambung.

2.2 Sekilas Karangsambung

Kawasan yang menjadi objek keunikan geologi dapat diamati pada daerah seluas 20 x 20 km2 atau pada batas koordinat 109o35’-109o41’BT dan 7o25’-7o36’LS. Desa Karangsambung yang berada dan menjadi titik pusat di dalam kawasan ini terletak 19 km di sebelah utara kota Kebumen.

Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus).

2.3 Kondisi Fisiografi Karangsambung

Kawasan Karangsambung terdiri atas perbukitan hingga Pegunungan Sadang dengan ketiggian berkisar 50 m hingga 523 m di atas permukaan laut.Selain bukit dan bebetuan serta pegununga yang beragam, terdapat pula lereng, dataran rendah, dan sungai yang berkelok-kelok(meander), sungai utama sebagai pembatas geografis Kebumen menjadi daerah wetan kulon kali Sungai Luk Ulo. Sungai ini muncul disela-sela perbukitan sehingga termasuk dalam tipe sungai meander.

Satuan morfologi Karangsambung antara lain:

2.3.1 Satuan Daratan

Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo yang luasnya relatif datar dan merupakan daerah dataran banjir dengan material berukuran lempung – krakal yang berasal dari sedimentasi peluapan banjir. Sungai Luk Ulo sebagai sungai utama. Anak sungai Luk Ulo antara lain Sungai Wealaran, Cacaraban, Lokidang, Gebang, dan Medana. Kenampakan Sungai Luk Ulo yang berkelok – kelok (meander) dijumpai kenampakan gosong pasir yang terbentuk dari endapan luapan banjir. Pada pandang pengamtan lainnya, terlihat lembah melebar dengan bekas-bekas meander yang telah ditinggalkan. Satuan daratan ini, umurnya ditafsirkan stadium dewasa.

2.3.2 Satuan Perbukitan Lipatan

Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras .

b. Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphitetre.

c. Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo.Setelah dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antiklinin pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat in telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.

2.3.3 Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)

Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik.

2.3.4 Lajur Pegunungan Serayu Selatan

Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus).

2.4 Kondisi Geologi

Mempelajari dan mengkaji keunikan geologi Karangsambung, diterapkan dengan memperluas kegiatan studi sebagai berikut:

a. Ragam dan Umur Batuan

Batuan beku, sedimen, dan metamorfosa dengan variasi umur batuan mulai puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan yang berasal dari benua maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi dalam kegiatan penelitian.

b. Lingkungan Proses Pembetukan Batuan

Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan jalur penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil Radiolaria yang terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen rijang (Chert). Pada kondisi cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen yang mengandung fosil biota laut berupa sedimen batu gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit.

BAB 3. TAMAN NASIONAL GEOLOGI KARANGSAMBUNG

Perkembangan Karangsambung sebagai Museum Geologi :

3.1 Sejarah Balai

Karangsambung telah dikenal sebagi wahana pembelajaran geologi sejak tahun 1854. Jung Huhn adalah salah satunya. Kemudian dilanjutkan oleh peneliti belanda lainnya sampai tahun 1933. semenjak ilmu geologi mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1964, mulailah peneliti-peneliti Indonesia melakukan penelitian di kawasan ini. Mengingat begitu pentingnya kawasan ini maka pada tahun 1964 dibangun sebuah Kampus Lapangan Geologi. Kampus ini dibangun dan terletak right on the spot, bukan saja pada titik yang menampilkan keindahan kemanapun mata memandang, tetapi ia juga berada pada pusat hamparan aneka ragam batuan.

Pencetus berdirinya Kampus Lapangan Geologi ini adalah Prof. Dr. Sukendar Asikin, (Guru Besar Departemen Teknik Geologi ITB yang pada tahun 2003 memasuki masa purna bakti). Ide pendirian kampus ini adalah berawal ketika Sukendar Asikin pada tahun 1958 melanjutkan memperdalam ‘metoda geologi lapangan’ di kampus lapangan geologi di Rocky Mountains, Montana dan ‘geologi struktur’ di Indiana University, USA. Sekembalinya dari Amerika Serikat, dengan dukungan dari LIPI dan Departemen Urusan Research Nasional (DURENAS), beliau merealisasikan cita-citanya membangun Kampus Lapangan Geologi di Indonesia, di Karangsambung ini. Pada musim panas tahun 1965 mengawali penggunaan kampus ini, tercatat 22 orang mahasiswa dididik di Kampus Karangsambung yang berasal dari ITB, UGM, PTPN Veteran dan Asisten Geologi Akademi Perminyakan Pertamina. Menyusul reorganisasi LIPI tahun 1986, pada tahun 1987 dibentuk Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Alam Geologi Karangsambung ( UPT LAGK ). Kegiatan UPT ini berorientasi pada tugas teknis yang langsung berhubungan dengan masyarakat, diantaranya pendidikan dan latihan bagi orang-orang yang belajar geologi.

Keadaan ini diikuti dengan penambahan karyawan hingga menjadi 24 orang pada tahun 1990. Sejak tahun 1993 hingga tahun 1995 kampus diperluas dengan penambahan bangunan fisik berupa gedung-gedung asrama, ruang kuliah, aula, museum, perpustakaan, gedung perkantoran, bengkel batuan, dan lain-lain.

Pada tahun 2002 UPT ini mengalami reorganisasi menjadi unit setingkat eselon III dan dengan nama baru, yaitu UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung – LIPI, yang digerakkan oleh 50 orang karyawan. Sebanyak 50 orang karyawan adalah pegawai tetap LIPI yang berlatar pendidikan SLTP hingga S2.

3.2 Sarana Prasarana

1. Museum

2. Bengkel Batuan

3. Perpustakaan

4. Amphitheater

3.3 Batuan

3.3.1 Pembentukan Batuan

Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan / evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.

clip_image004

SIKLUS BATUAN

Macam-Macam Batuan

BATUAN BEKU

Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.

BATUAN BEKU DALAM

Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya.

Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik.

Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km.

Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.

Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.

Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudaia setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.

Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.

Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.

Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik.

BATUAN BEKU LUAR

Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.

Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air.

Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik.

KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma induk dan lingkungan krsitalisasinya.

Tekstur Batuan Beku

Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)

2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus  hanya dapat dilihat dengan mikroskop

3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.

4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut massadasar.

Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:

clip_image006

BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstru dan strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf adalah:

Terjadi dalam suasana padat

Bersifat isokimia

Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa

Terbentuknya tekstur dan struktur baru.

Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor utama yaitu Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru. Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.

Jenis-jenis metamorfosa adalah:

Metamorfosa kontak  dominan pengaruh suhu

Metamorfosa dinamik  dominan pengaruh tekanan

Metamorfosa Regional  kedua-duanya (P dan T) berpengaruh

clip_image007

Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan mineral yang mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral index antara lain:

Staurolite: intermediate  high-grade metamorphism

Actinolite: low  intermediate metamorphism

Kyanite: intermediate  high-grade

Silimanite: high grade metamorphism

Zeolite: low grade metamorphism

Epidote: contact metamorphism

Pada prinsipnya batuan metamorfosa diklasifikasikan berdasarkan struktur. Struktur foliasi terjadi akibat orientasi dari mineral, sedangkan non-foliasi yang tidak memperlihatkan orientasi mineral. Foliasi merujuk kepada kesejajaran dan segregasi mineral-mineral pada batuan metamorf yang inequigranular.

Batuan metamorf befoliasi membentuk urutan berdasarkan besar butir dan atau berdasarkan perkembangan foliasi. Urut-urutannya adalah: slate  phyllite  schist  gneiss. Selain menunjukkan besar butir dan derajat foliasi urut-urutan ini juga menunjukkan kandungan mika yang semakin banyak dari kiri ke kanan. Salah satu ciri khas batuan metamorf yang dapat teridentifikasi adalah kenampakkan kilap mika.

Sedangkan, untuk batuan metamorf non-foliasi contohnya adalah marmer, kuarsit dan hornfels.

Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan metamorfosa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika (muskovit, biotit)

Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas, k-felspar, piroksen

Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.

Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja.

Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik dan granoblastik

clip_image008

BATUAN PIROKLASTIK

Berdasarkan kata pembentuknya:

Pyro  pijar

Klastik  fragmen

Dapat disimpulkan bahwa batuan piroklastik adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil langsung letusan gunung api (direct blast) yang kemudian terendapkan pada permukaan sesuai dengan keadaan permukaannya (endapan piroklastik) dan lalu mengalami litifikasi untuk menjadi batuan piroklastik.

Mekanisme pengendapan piroklast adalah sebagai berikut:

Pyroclastic Flow Deposits

Macam :

– block & ash flows

-scoria flows

-pumice / ash flows

Distribusi / penyebaran : di lembah / depresi; struktur : perlapisan (graded bedding, paralel laminasi); tekstur : sortasi buruk, terdiri dari kristal, litik, dan gelas (pumis); bagian bawah : pyroclastic surge deposits

Pyroclastic Fall Deposits

Pyroclastic Surge Deposits

Partikel, gas dan air vulkanik konsentrasi rendah yang mengalir dalam mekanisme turbulensi sebagai sebuah gravity flow (runtuhan). Macam-macamnya adalah base, ground dan ash cloud. Strukturnya cross-bedding dengan sortasi yang buruk.

Klasifikasi batuan piroklastik berdasrkan ukurannya (Schmid, 1981)

Ukuran

Piroklas

Endapan piroklastik

Tefra (tak terkonsolidasi)

Batuanpiroklastik (terkonsolidasi)

> 64 mm

Bom, blok

Lapisan bom / blok

Tefra bom atau blok

Aglomerat, breksi piroklastik

2 – 64 mm

lapili

Lapisan lapili atau

Tefra lapili

Batulapili (lapillistone)

1/16 – 2 mm

Abu/debu kasar

Abu kasar

Tuf kasar

< 1/16 mm

Abu/debu halus

Abu/debu halus

tuf halus

Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi:

Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen gelas, kristal pirojenik)

Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang sama)

Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)

Fragmen:

1. Gelas/ Amorf

2. Litik

3. Kristalin

MINERAL-MINERAL ALTERASI

Alterasi = Metasomatisme

Merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam.

Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, tidak selayaknya metamorfisme yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air meteoric untuk dapat mengubah komposisi mineralogy batuan.

clip_image010

BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian terlithifikasi.

Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi. Detritus terdiri dari partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi terdiri dari mineral sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir, lanau, dan lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan pembundaran dengan cara abrasi dan pemilahan (sorting). Nilai kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen menjadi batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi.

Batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3 golongan:

1. Batuan sedimen klastik  terbentuk dari fragmen batuan lain ataupun mineral

2. Batuan sedimen kimiawi  terbentuk karena penguapan, evaporasi

3. Batuan sedimen organic  terbentuk dari sisa-sisa kehidupan hewan/ tumbuhan

Klasifikasi batuan sedimen klastik adalah berdasarkan besar butirnya, oleh karenanya digunakan skala Wentworth. Sedangkan untuk klasifikasi batuan sedimen kimiawi dilakukan berdasarkan matriks maupun fragmennya dengan klasifikasi dari Dunham, Embry-Klovan.

BATUAN TUA DI KARANG SAMBUNG

LOKASI 1, kali Lokidang, Sadang

Singkapan Batu Lempung merah gampingan+Rijang,batu basalt

Batuan lempung merah gamping dan Rijang secara teori merupakan batuan yang hanya bisa ditemui di Dasar lautan. Dan batuan ini terbentuk dari proses sedimentasi dari hasil pelapukan batuan yang kemudian mengalami transport ke laut. Sedimentasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Sedimentasi di dasar laut dangkal. Contohnya Gamping.

2. Sedimentasi di dasar laut dalam (lebih dari 4000m). Contohnya Rijang (chert)

3. batuan dari samudra yang terbentuk 60-140 juta tahun yang lalu bisa ditemui di Karangsambung. Menurut ilmu geologi hal ini terjadi dikarenakan Karangsambung dahulunya merupakan daerah subduksi, yaitu zona pertemuan 2 lempeng, lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia.

Pertemuan lempeng samudera akan menunjam kebawah dikarenakan berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan lempeng benua. Penunjaman terus berlangsung sampai ke perut bumi yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga batuan menjadi meleleh kemudian ada yang muncul keluar dari perut bumi. Singkapan-singkapan batuan kuno yang ada di Karangsambung perlahan muncul di permukaan dikarenakan erosi tanah. Jadi bisa disimpulkan bahwa Karangsambung dahulunya merupakan batuan dasar lautan.

Namun sekarang sudah berubah pertemuan lempeng yang terjadi adalah lempeng benua Australia dari selatan menuju utara ke lempeng Eurasia. Pertemuan 2 lempeng ini disinyalir sebagai penyebab munculnya rangkaian gunung-gunung api di Indonesia (Sumatra, jawa, bali , Lombok). Dengan adanya gunung-gunung api, maka akan terbentuk batuan-batuan beku dari magma.

Batuan lempung merah gampingan berlapis dengan rijang

Batuan gamping dan rijang ini termasuk batuan sedimen, dimana ciri umumnya berlapis-lapis. Batuan sediment yang ditemui di Karangsambung lapisannya vertical, hal ini dikarenakan tekanan dari aktifitas tektonik selama berjuta-juta tahun. Untuk gamping merah materi penyusunnya sebagian besar dari kalsium yang terikat karbonat CaCO3. Sedangkan Rijang kebanyakan tersusun atas silica SiO2 dan besi. Dari segi warna gamping berwarna merah terang dan rijang merah gelap.  Dari segi tekstur gamping lebih kasar dan berpori sedangkan rijang lebih halus. Untuk membedakan batuan gamping merah dengan rijang dilakukan pengujian dengan larutan asam (HClaq). Dengan reaksi-reaksi sebagai berikut:

-Gamping merah

CaCO3 + HCl →CaCl2 +CO2 + H2O, artinya Gamping merah bereaksi dengan asam. Ini terjadi karena komposisi kalsium menyebabkan gamping merah bersifat basa.

-Rijang

SiO2 + HCl →tidak bereaksi, artinya Rijang tidak bereaksi dengan asam

Batuan Basalt

Batuan basalt termasuk pada jenis batuan beku yang berasal dari letusan gunung api. Namun gunung api disini merupakan gunung api dasar laut. Prosesnya berawal dari gerakan saling menjauh (pemekaran) dasar samudra, muncul gunung api kemudian memuntahkan lava yang selanjutnya membeku ketika terkena air laut. Prinsipnya seperti membuat cendol ketika masih panas seketika masuk kedalam air, kemudian membeku ditambah dengan adanya tekanan hidrostatis menyebabkan batuan berbentuk bulat. Bentuknya bulat lonjong sehingga sering disebut pillow lava. Batuan basalt biasanya berwarna hitam dan bersifat asam.

clip_image012clip_image014

batuan basalt

batuan sedimen gamping merah dan rijang


LOKASI 2, batuan zona dasar dari subduksi, Sadang

Singkapan Batu lempung hitam

Pada zona dasar subduksi akan akan ditemui massa dasar yaitu lempung hitam, warnanya hitam mengkilap. Hal ini disebabkan gesekan antar lempung (uplift), akan tetapi akibatnya batuan menjadi mudah rapuh. Bila dilihat dari strukturnya batuan lempung hitam termasuk pada boudinade sehingga bisa mengetahui arah gaya. Adanya tekanan membuat batuan menjadi memipih (foliasi) dan memanjang, melempung sehingga struktur menjadi bersisik (scaly clay).

LOKASI 3, Pucangan, Sadang

Singkapan Batuan metemorf serpentinite

Batuan serpentinite termasuk pada batuan malihan. Berasal dari perut bumi di bawah lantai dasar samudera. Batu ini malihan dari batu ultra basa hasil pembekuan magma pada kerak samudra. Sedangkan batu ultrabasa sendiri batuan asalnya dari peridotite dan dunite, banyak mengandung mineral olivine yang menyebabkan berwarna hijau. Batu-batu ini berubah ketika bersentuhan dengan air laut . Kemudian batu ultrabasa bergerak bersama lempeng samudera, kemudian masuk zona subduksi, terjadi proses penunjaman disertai metamorfosa kedua menjadi batu serpentinite, dan terakhir muncul ke luar perut bumi disertai retak-retak dikarenakan tekanan.

Jadi,singkatnya magma(peridotite, dunite)-batu ultrabasa-serpentinite. Serpentinite sering digunakan sebagai sumber mineral, contohnya pembuatan asbes, talc, dll. Dalam dunia teknik sipil sebaiknya batuan ini dihindari sebagai basement pada suatu konstruksi karena sifatnya yang rapuh(kekar). Serpentinite juga mempunyai sifat magnetis (nonfoliasi)

clip_image016

LOKASI 4, Totogan ,Karangsambung

Zona sesar Karangsambung

Di zona sesar ini telah membagi dua kompleks bukit/bongkahan batu antara batuan tua berumur pratresier yang disebut  kompleks mélange dengan batuan muda berumur tresier yang disebut formasi waturondo. Seharusnnya batuan tua ada di bagian bawah memanggul batuan yang muda, akan tetapi pada kenyataannya dua kompleks bukit ini ketinggian puncak-puncaknya relative sama. Hal ini disebabkan sesar telah menggeser salah satu kompleks tersebut. Berikut perbedaan-perbedaan antara 2 kompleks terbagi sesar ini:

Parameter

Kompleks melange

Formasi waturondo

Keseragaman batuan

Campur aduk

seragam

Jenis batuan

Metamorf, sedimen,beku

sedimen

Lokasi batuan

Terpisah-pisah

Satu kawasan

Umur

pratresier

tresier

Kestabilan batuan

Zona lemah, banyak erosi

lemah

Relief

runcing

rata

Batuan dominan

Batu lempung

Batu pasir dan breksi

LOKASI 5, bukit Sipako , Karangsambung

Singkapan batuan metemorf filit dan sekis mika

Batuan filit (warna hitam)berasal dari lempung hitam yang sudah kaya akan karbon (C).

Prosesnya berwal dari daerah palung , kemudian masuklah mineral-mineral organic terutama karbon, kemudian lempeng samudera masuk zona subduksi, kemudian menerima panas dan tekanan, kemudian berubah menjadi filit. Batuan ini memiliki microfault (sesar minor) yaitu adanya garis lekukan-lekukan pada batuan berukuran kecil.

Yang kedua batuan sekis mika, batuan ini berasal dari mineral asam lempeng benua. Batuan ini berkilauan ketika tertimpa sinar matahari ini dan merupakan batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari Zaman Kapur. Batuan alas Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah terjadi tumbukan lempeng samudra dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung. Di daerah ini pernah direncanakan membuat waduk namun kemudian dibatalkan.

clip_image018

LOKASI 6 , Kali Mandala , Karangsambung

Batas akhir sesar antara 2 batuan beda zaman

Gunung Parang yang terletak sekitar 300 m ke utara dari UPT BIKK Karangsambung LIPI terdapat singkapan batuan beku diabas. Batuan ini diinterpretasikan merupakan batuan intrusi, dan menunjukan struktur kekar tiang (collumnar joint) yang mana merupakan hasil gaya kontraksi pada saat pembekuan magma. Pada daerah ini telah dilakukan konservasi sebagian dan sebagian lagi telah dilakukan penambangan. Apabila penambangan ini terus dilakukan dikhawatirkan batuan diabas akan habis.

clip_image020

LOKASI 7, Kampus BIKK Karangsambung

Batuan Gamping fosil

Batuan ini didalamnya seperti ada koin-koin. Koin-koin tersebut merupakan tubuh dari makhluk laut semacam kerang 50 juta tahun yang lalu. Bisa dipastikan batuan ini bersifat organic karena mengandung fosil. Batuan gamping ini diisi oleh spesies numulites. Terbentuk di laut dangkal dimana cahaya matahari masih bisa masuk.

C Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam Karangsambung

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Setelah mengetahui objek wisata di Karangsambung, kami mengambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Karangsambung merupakan sebuah kawasan yang digunakan sebagai tempat pembelajaran geologi, geografi, tambang, dan kalangan profesi ilmu kebumian, baik dari dalam maupun luar negeri. Karena di kawasan Karangsambung banyak ditemukan bukti adanya temuan jejak proses geologi yang menjelma menjadi berbagai macam batuan.

2. Selain sebagai tempat pembelajaran tentang ilmu kebumian, Karangsambung juga berpotensi sebagai kawasan objek wisata yang bertaraf nasional bahkan internasional.

3. Karangsambung merupakan Kawasan Taman Geologi Nasinal Indonesia yang mempunyai koleksi batuan terlengkap se-Asia Tenggara.

4. Sebagian besar batuan yang berada di Karangsambung masih merupakan batuan alami, tetapi ada pula yang sudah mengalami pengikisan.

1.2 Saran

1. Karangsambung sebagai objek pembelajaran geologi, sebaiknya dipelihara, dan dilestarikan agar tetap bernilai ilmiah yang tinggi serta tetap terjaga keaslian artefak-artefak bumi yang ada di dalamnya.

2. Sebaiknya pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Kebumen memberikan perhatian yang lebih, serta fasilitas yang memadai, agar cepat berkembang menjadi taman geologi yang bertaraf internasional.

3. Selain sebagai tempat pembelajaran, sebaiknya kawasan Karangsambung juga dijadikan sebagai objek wisata yang bersifat rekreatif dan edukatif.

4. Sebaiknya pengurus taman geologi Karangsambung memberikan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kebumen agar masyarakat lebih memahami pentingnya melestarikan obyek-obyek geologi yang bernilai ilmiah tinggi berada di sekelilingnya.

5. Sebaiknya petugas atau instansi yang terkait segera melakukan eksplorasi obyek-obyek geologi baru, yang belum terungkap di Kawasan Cagar Alam Geologi dengan pendekatan teknologi terkini, sehingga dapat menambah artefak-artefak geologi baru.

6. Sebaiknya pemerintah mengadakan perbaikan SDM khususnya untuk masyarakat Kebumen dalam ruang lingkup ilmu kebumian dan pertambangan, agar kawasan Karangsambung dapat dimanfaatkan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, dkk. 2005. Taman Alam Geologi Nasional Karangsambung. SMA N 1 Kutowinangun

Haryanto, Tri dan Winarti.2010.PR Geografi kelas X.Klaten : PT. Intan Pariwara.

Mandasari, Lena. 2005. Mengungkap Kebumian Karangsambung Kebumen. SMA N 1 Kutowinangun

Prasetyo, Anto. 2010. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII SMP/MTs Semester I. Surakarta: PT. Widya Duta Graha

http: //www.Karangsambung.LIPI.go.id

0 komentar:

Posting Komentar