Sudah seminggu Siti hidup tanpa seorang ayah.
Kematian ayahnya benar-benar membuat hidupnya dan keluarganya makin menderita.
Ibunya yang hanya berjualan kue membuat Siti harus ikut andil dalam mencari
uang. Paling tidak bisa cukup untuk tambahan biaya kuliahnya. Meskipun anak
kampung Siti memiliki otak yang cerdas sehingga dia bisa kuliah gratis dengan
beasiswa.
Setahun telah berlalu, hari – harinya terasa
begitu sulit, begitu berat tuk dijalani.
Namun ia tetap semangat kuliah sambil bekerja menjajakan kue buatan ibunya di
kampus tempat ia kuliah. Hinaan dan cacian tidak ia hiraukan. Yang dia pikirkan
hanyalah kuliah, kerja, dan bisa merubah jalan hidupnya yang begitu sulit
menjadi lebih baik.
Hingga suatu ketika, Marwah satu – satunya teman
yang dekat dengannya menyarankan agar dia mulai mencari seorang pacar. Marwah
heran cewek secantik dia hingga usianya 20 tahun belum pernah pacaran. Tapi
belum pernah sekalipun terlintas di benak Siti tentang seorang pria idaman.
Menurutnya, jodoh itu urusan Tuhan jadi kita sebagai hambanya tidak perlu
pusing-pusing mencari jodoh.
Keesokan
harinya, saat Siti menuju kelas, dia berpapasan dengan seorang cowok yang
ganteng dan keren. Dan yang membuat Siti terkagum – kagum, cowok itu melempar
senyauman manis padanya. Dia pun jadi
memikirkan perkataan marwah soal pacar.
“Ahhh..... tidak, siapa aku??? Berharap bisa
mendapatkannya. Siapa cowok tadi? Tampan sekali,” gumam Siti menanggapi
perasaannya pada cowok itu. Dia merasa bahwa memiliki cowok itu hanyalah sebuah
mimpi yang nggak mungkin bisa jadi kenyataan.
Cowok itu bernama Revando. Cowok terkeren di
kampusnya. Banyak cewek mengidam-idamkannya. Udah ganteng, keren, kaya pula.
Namun sayang dia play boy. Matanya tak bisa benhenti memandang kalo lihat cewek cantik.
“Siapa cewek katro itu??” tanyanya pada seorang
mahasiswa.
“Oh itu, dia Siti. Anak TEKLOM,” jawab mahasiswa
tadi.
“Kok gue nggak pernah lihat ya? Penampilannya
nggak banget deh. Ngapain pake senyum-senyum segala,” tanya Revan dalam hati.
“Tahu ah.... masa bodoh, apa peduli gue sama
cewek kampung,” Revan pun menjawab pertanyaannya sendiri sambil berjalan ke
kelas.
“Pagi sayangku,,, emmuaach...” sapa Revan pada
Diar cewek yang paru seminngu dia pacari. Diar terkenal dengan wajahnya yang
cantik dan orang tuanya yang kaya. Ayahnya adalah pemilik kampus ini.
Dua hari berikutnya, Siti bertemu Revan lagi di
kantin. Siang itu, Siti sedang mengambil uang hasil penjualan kue yang dia
titipkan. Dan Revan sedang tongkrongan bersama teman-temannya. Melihat Siti si
cewek katro, Revan ditantang Aldo untuk mengajak Siti kenalan dan Revan setuju.
“Hay manis...” Revan mulai beraksi.
Siti yang sedikit mulai ada sesuatu kemarin itu,
hanya tersenyum tersipu malu dan berlari meninggalkan Revan menuju tangga depan
dekat taman.
Setelah kepergiannya, Revan dan teman-temannya
menertawakan Siti dan merasa ada yang aneh dengan Siti. Belum puas dengan aksi
Revan yang hanya biasa saja, merekapun membuat suatu perjanjian. Mereka akan
menjadikan Siti sebagai taruhan. Jika Revan bisa menaklukan Siti maka Revan
akan mendapatkan mobil sporty milik Dimas. Revan pun setuju dengan hal itu.
Siti yang sedang melamun memikirkan Revan
tiba-tiba dikageti Marwah. Sehingga diapun menjadi salah tingkah.
“Ada apa dengan kamu? Tidak sepert biasanya.
Terlihat bahagia sekali,” tanya Marwah pada temannya itu.
“Tidak apa – apa Marwah, biasa aja kok,” jawab
Siti pelan.
Tetapi Marwah nggak percaya. Akhirnya diapun
berhasil membuat Siti berceri tentang apa yang baru saja dia alami. Marwah
sebagai seorang teman juga ikut merasakan senang karena temannya mulai
memikirkan cowok idaman yang seharusnya sudah lama dia lakukan.
Hari – hari berlalu. Revan dan Siti semakin
dekat. Siti pun kini benar – benar jatuh cinta padanya da Revan mengetahui hal
itu. Dalam benaknya, dia membayangkan akan segera mendapatkan mobil milik
Dimas. Ternyata tidak sulit menaklukkan si katro.
Kebetulan hari ini tidak ada jam kuliah. Rasanya
ini waktu yang pas buat nembak si Siti. Revan langsung menghubungi teman –
temannya untuk menyaksikan kemenangannya itu. Langsung saja, setelah pulang
jalan – jalan, Revan pun langsung nembak Siti. Dengan sikap lugu dan cinta yang
tulus Sitipun tanpa ragu menerima cinta Revan dan sekarang mereka pacaran.
Mengetahui hal itu, Diar yang merupakan pacar Revan
yang sebenarnya tidak terima. Dia tidak rela pacarnya meninggalkan hanya demi
cewek miskin, kuper, dan tak ada yang bisa dibandingkan dengannya. Tanpa
sepengetahuan Revan, Diar pun menemui Siti dan mengatakan yang sebenarnya serta
memaki – maki Siti. Namun Siti sulit untuk percaya pada Diar. Dia yakin Revan
tulus padanya karena tidak mungkin Revan mau bepacaran dengan cewek miskin
seperti dia kalau tidak karena cinta.
Di sisi lain, Diar dan Revan masih tetap bersama
seperti tidak ada yang terjadi. Diar pun pura – pura tidak mengeahui apa – apa
sampai Revan mengakui apa yang dilakukan di belakangnya. Malam itu mereka
berdua mabok berat terutama Revan. Tanpa sadar dia menceritakan semuanya pada
pacarnya. Ini menjadi kesempatan emas Diar. Akan menceritakan semuanya pada
Siti dan memberikan sebuah rekaman sebagai bukti.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kalian
semua tega?” siti menangis dan merasakan sakit hati. Melihat keadaan Siti yang
amat terpukul, Diar yakin rencananya memisahkan Revan dan Siti sukses.
Hari selanjutnya, Siti meminta pejelaasan pada
Revan. Dan Revan menarik tangan Siti dan membawanyake tempat umum. Di depan
kampus yang penuh mahasiswa, Siti dipermalukan. Revan memutuskan Siti di depan
banyak orang. Dengan sekejap Siti mengeluarkan air mata dan berlari
meninggalkan Revan.
Kini cinta Siti telah hancur. Cinta pertamanya
begitu menyakitkan. Sejak saat itu dia tak percaya lagi dengan yang namanya cinta dan akan akan
membalas rasa sakit yang dia rasakan pada semua pria. Itu sumpah Siti pada dirinya
sendiri.
Setelah beberapa minggu tidak muncul di kampus,
kini Siti telah berubah. Dia telah berubah menjadi anak gaul bahkan
kecantikannya melebihi cewek yang dianggap paling cantik di kampusnya. Hal ini
dia lakukan semata – mata agar banyak cowok yang suka padanya agar dia lebih
mudah dalam membalaskan dendamnya.
Siti yang dulu anggun, baik, kalem, sekarang
menjadi Siti yang arogant,lengket dengan banyak cowok. Tingkah lakunya seperti
wanita murahan yang rela melakukan apa saja demi uang. Setiap cowok kaya dia
dekati dan akhrinya mereka jatuh cinta padanya. Kini cinta Siti tak ada
harganya lagi. Pacarnya dimana – mana, tiap hari beda pasangan.
Karena belum terlalu tahu soal cowok dan masih
bisa dikatakan belum ahli dalam bercinta diapun salah sasaran. Cowok – cowok
yang dikira bakal bisa dijadikan bahan buat balas dendam justru membuat dirinya
makin hancur. Tiap hari Siti mabuk –mabukan dengan pacar – pacarnya dan tanpa
disadarinya cowok itu telah merenggut keprawanan Siti. Hampri semua yang mengajaknya
mabuk pasti merasakan tubuh Siti yang begitu menggoda. Hingga akhirnya Siti
hamil tanpa tau siapa bapak dari janin yang dikandungnya itu.
Semuanya telah terjadi. Siti terlambat menyesali
perbuatannya. Ibunya pun satu – satunya keluarga yang dia punya nggak mau lagi
mengakui siti sebagai anaknya. Hari – hari Siti saat ini sangat pahit. Sampai –
sampai Siti tak kuat menjalani hidup yang dia pilih sendiri. Dia tak kuasa
menanggung malu dan nggak tahu apa yang harus dia katakan pada anaknya kelak jika
menyanyakan soal ayahnya.
Sebelum semuanya terjadi, Siti berusaha untuk
menggugurkan kandungannya itu. Namun tidak berhasil karena usia kehamilannya
sudah tidak memungkinkan untuk melakukam aborsi. Bayinya sudah kuat. Tak tahu
harus gimana lagi, Siti akhirnya gantung diri disebuah gudang di sebelah
rumahnya. Dan jasadnya baru ditemukan beberapa hari setelah itu.
Sungguh tragis kehidupan si gadis desa itu. Hanya
karena seorang cowok yang menghianati cintanya hidupnya menjadi sia –sia.
0 komentar:
Posting Komentar