Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran,
perasaan, atau indra
lainnya dalam tidur,
terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye
movement/REM sleep).Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam
dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang
disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa
dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan kadang-kadang
mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek
dalam mimpi tersebut.Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi,
misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.
Luar biasa. Begitulah kesan yang
tersirat setelah membaca buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata ini. Bagaimana tidak? Alur cerita dan gaya bahasa yang disuguhkannya
mampu dikemas begitu apik dari awal hingga akhir. Ditinjau dari segi
intrinsiknya, novel ini bisa dibilang hampir tanpa cela. Sebab di setiap
peristiwa, Andrea dengan cerdas menggambarkan karakteristik dan deskripsi yang
begitu kuat pada tiap karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah
menafsirkan arah jalan ceritanya. Bahasanya pun sangat memikat, dengan dibumbui
ragam kekayaan bahasa dan imajinasi yang luas. Novel ini memiliki kekayaan
bahasa sekaligus keteraturan berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah- istilah
saintifik, humor metaforis, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di
sepanjang halaman. Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal dengan latar
kenakalan remaja pada umumnya. Canda tawa khas siswa SMA sangat kental. Namun
lebih dalam menjelajahi setiap makna kata demi kata, terasalah begitu kuat
karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya. Terlebih saat Andrea membawa kita
ke dalam kenyataan hidup
yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
Selain menggambarkan betapa superpower-nya
kekuatan mimpi, pada novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang
ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung
mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi
Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Disinilah cerita mulai berevolusi
menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang ayah dan rasa
sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menyempurnakan
novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril. Angkat topi untuk Andrea Hirata yang telah
berhasil membuat suguhan kisah yang kental dengan budaya melayu namun sangat
cerdas dan saintifik. Tak hanya bisa membuat seseorang kembali membangun mimpi-
mimpinya, novel ini juga bisa menambah rasa hormat kita kepada sang ayah dan
mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang sangat terbatas.
1) Unsur Intrinsik
- Tema
Tema yang tersirat dalam novel Sang
Pemimpi ini tak lain adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan
serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan”. Hal itu
dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis berusaha
menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa seseorang
menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.
- Latar
Dalam novel ini disebutkan latarmya
yaitu di Pulau Magai
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
- Penokohan dan Perwatakan
Ikal
: baik hati, optimistis,
pantang menyerah, penyuka Bang Rhoma
Arai
: pintar, penuh
inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah
Jimbron
: polos, gagap bicara, baik,
sangat antusias padakuda
Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ibu Ikal : baik, penuh kasih sayang
Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ibu Ikal : baik, penuh kasih sayang
Ayah
Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih
sayang, bijaksana Dan tokoh lain
Mahader,
A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
- Alur
Dalam novel ini menggunakan alur
gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari
mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
- Gaya Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat
sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa
ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya mengandung kekayaan bahasa
sekaligus makna apik dibalik tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis
dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan menyentuh,
penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan
intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan
karakter-karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi.
- Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang
Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada
tiap-tiap subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah bisa untuk
lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara
jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang
kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.
- Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang
pertama” (akuan). Dimana penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam
cerita.
2) Unsur Ekstrinsik
- Nilai Moral Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.
- Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini
begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu
tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan
membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-impian mereka
sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong
royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih
dapat saling membantu satu sama lain.
- Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga begitu kental
terasa. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang masih mengharuskan
siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian warga yang
sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar jelas di
novel ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
- Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara
jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar dalam
sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong
(kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang membuat novel ini
begitu kaya.
1) Kelebihan
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan
dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang
mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan
secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir
yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga
menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan, sehingga
pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi.
Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu kepandaian Andrea dalam
mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat
dalam karakter tersebut begitu kuat.
2) Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan.
Hal itu disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan
keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik
ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang
cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus
akan novel yang bermutu.
0 komentar:
Posting Komentar