Submit

30 Nov 2012

MARI BELAJAR REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

 

8.1. Konsep Reduksi – Oksidasi (Redoks)

Pada mulanya, pembahasan reaksi redoks hanya meliputi zat – zat yang mengandung oksigen saja. Reaksi oksidasi dianggap sebagai reaksi penambahan oksigen, dan reaksi reduksi adalah reaksi pengurangan oksigen. Tetapi, saat ini pengertian redoks diperluas menjadi reaksi perpindahan elektron. Reaksi oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron, dimana suatu zat memberikan elektron kepada lainnya.

Contoh : Cu à  Cu2+  +  2e-

Sedangkan reaksi reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron, dimana suatu zat menerima elektron dari zat lain.

Contoh : Cu2+  +  2e- à Cu

Senyawa yang mengalami oksidasi disebut sebagai reduktor, dan senyawa yang mengalami reduksi disebut sebagai oksidator.

 

8.1.1. Bilangan Oksidasi

Muatan dari suatu spesi dikatakan sebagai bilangan oksidasi (biloks). Biloks digunakan untuk menentukan apakah terjadi reaksi redoks atau tidak. Bila terjadi reaksi redoks, maka spesi yang teroksidasi akan mengalami kenaikan biloks dan spesi yang tereduksi akan mengalami penurunan biloks.

Aturan penentuan biloks adalah :

a.       `Unsur murni atau senyawa beratom sejenis memiliki biloks nol

b.      Atom H memiliki biloks +1, kecuali pada senyawa hidrida seperti CH4, NH3, NaH, biloks atom H adalah -1

c.       Atom O memiliki biloks -2, kecuali pada senyawa

o   F2O à biloks O = +2

o   Senyawa peroksida (H2O2, Na2O2) à biloks O = -1

d.      Atom logam memiliki biloks positif (+) sesuai dengan valensi logam tersebut

e.      Jumlah total biloks seluruh atom dalam senyawa netral = nol

f.        Jumlah total biloks seluruh atom dalam ion = muatan ion

 

8.2. Penyetaraan Reaksi Redoks

Reaksi redoks dapat disetarakan dengan cara langsung (cara bilangan oksidasi) atau cara setengah reaksi.

8.2.1. Cara Langsung (Bilangan Oksidasi)

     - Tentukan reaksi reduksi dan oksidasi

     - Tulis perubahan biloks yang terjadi

     - Samakan jumlah elektron yang dilepas dan diterima dengan menambahkan koefisien

     - Hitung jumlah muatan kiri dan kanan

       Jika muatan kiri > kanan à tambahkan OH- pada ruas kiri

       Jika muatan kiri < kanan à tambahkan H+ pada ruas kiri

     - Samakan jumlah H dengan menambahkan H2O pada ruas kanan

   Contoh :

clip_image001Fe+2  +  MnO4-  à  Fe3+  +  Mn2+

 

 

                                                                        

5Fe+2  +  MnO4-  à  5Fe3+  +  Mn2+

Jumlah muatan kiri = +9

Jumlah muatan kanan = +17

Selisih muatan = +8 di ruas kiri (kiri < kanan)

 

5Fe+2  +  MnO4-  + 8 H+  à  5Fe3+  +  Mn2+

Jumlah H dan O di ruas kanan dan kiri tidak sama

 

5Fe+2  +  MnO4-  + 8 H+  à  5Fe3+  +  Mn2+  +  4H2O      (reaksi total)

 

8.2. Cara Setengah Reaksi

Untuk menyelesaikan persamaan redoks dengan cara setengah reaksi, maka langkah – langkah yang dilakukan adalah :

 

 

 

Tabel 8.1. Penyetaraan Reaksi Redoks dengan Cara Setengah Reaksi

    Reaksi Suasana Asam

Reaksi Suasana Basa

Tulis masing – masing reaksi reduksi dan oksidasi

Tulis masing – masing reaksi reduksi dan oksidasi

Setarakan jumlah elektron yang terlibat

Setarakan jumlah elektron yang terlibat

Tambahkan satu molekul H2O pada ruas yang kekurangan satu atom O

Tambahkan dua molekul OH- pada ruas yang kekurangan satu atom O

Tambahkan satu molekul H+ pada ruas yang kekurangan satu atom H

Tambahkan molekul H2O pada ruas yang kekurangan atom H

Tulis reaksi yang sudah setara

Tulis reaksi yang sudah setara

     

 

8.3. Elektrokimia

Elektrokimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari perubahan energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya.

8.3.1. Sel – sel Elektrokimia

Suatu sel elektrokimia terdiri dari dua elektroda, yang disebut katoda dan anoda, dalam larutan elektrolit. Pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi. Sedangkan reaksi oksidasi terjadi pada anoda. Sel elektrokimia dapat dibagi menjadi

                1. Sel Volta / Sel Galvani à  merubah energi kimia menjadi energi listrik

                    Contoh : batere (sel kering), accu

                2. Sel Elektrolisis à merubah energi listrik menjadi energi kimia

                    Contoh : penyepuhan, pemurnian logam

      clip_image002                           

 

 

 

 

Sel Volta / Galvani                Sel Elektrolisis

Gambar 8.1. Sel volta dan sel elektrolisis

 

8.3.2. Potensial Elektroda Standar (Eo)

Potensial elektroda standar suatu elektroda adalah daya gerak listrik yang timbul karena pelepasan elektron dari reaksi reduksi. Karena itu, potensial elektroda standar sering juga disebut potensial reduksi standar. Potensial ini relatif karena dibandingkan dengan elektroda hidrogen sebagai standar. Nilai potensial elektroda standar dinyatakan dalam satuan Volt (V). Untuk elektroda hidrogen, Eo nya adalah 0,00V.

- Bila Eo > 0  à  cenderung mengalami reduksi (bersifat oksidator)

- Bila Eo < 0  à  cenderung mengalami oksidasi (bersifat reduktor)

Nilai – nilai Eo untuk berbagai spesi dapat dilihat pada gambar 8.2.

clip_image004

Gambar 8.2. Potensial reduksi standar berbagai ion

                                               

8.3.3. Potensial Standar Sel (Eosel)

Potensial standar sel adalah nilai daya gerak listrik sel yang besarnya sama dengan selisih potensial reduksi standar elektroda yang mengalami reduksi dengan potensial reduksi standar elektroda yang mengalami oksidasi.

 

Eosel  =  Eoreduksi  -  Eooksidasi

     Contoh :

      Hitung Eosel untuk reaksi berikut :

1.       Zn  +  Cu2+  à  Zn2+  + Cu

Jawab :

Zn2+  +  2e  =  Zn                                       Eo = -0,76 V

Cu2+  +  2e  = Cu                                        Eo = 0,34 V

Karena Eo Cu > Eo Zn, maka

Cu à mengalami reduksi

Zn à mengalami oksidasi

 

Eosel  =  Eoreduksi  -  Eooksidasi

           =  {0,34  -  (-0,76)} V

Eosel  =  1,1 V

 

8.3.4. Persamaan Nernst

                Esel = Eosel - clip_image006ln clip_image008

Contoh :

Hitung nilai Esel untuk reaksi pada 25oC

Zn  +  Cu2+  à  Zn2+  + Cu

Bila diketahui konsentrasi Zn2+ = 0,4 M dan konsentrasi Cu2+ = 0,2 M !

Jawab :

Esel = Eosel - clip_image006[1]ln clip_image008[1]

Dari contoh soal Eosel, diketahui Eosel untuk reaksi di atas adalah 1,1 V.

 

Esel = Eosel - clip_image011ln clip_image013

Esel = 1,1 V – 8,9.10-3 V

Esel = 1,09 V

 

 

8.4. Elektrolisis

Ketika arus listrik dialirkan melalui senyawa ionik dan senyawa tersebut mengalami reaksi kimia, maka terjadilah peristiwa elektrolisis. Zat yang mengalami elektrolisis disebut elektrolit. Elektrolisis adalah proses yang sangat penting dalam industri. Proses ini digunakan dalam industri – industri estraksi atau pemurnian logam.

Untuk menentukan berat zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis, digunakan hukum Faraday, yaitu

                                                w = E x F

                w = berat zat hasil elektrolisis

                E = massa ekivalen zat elektrolisis

                F = jumlah arus listrik

                                E = clip_image015  atau   E = clip_image017

                Ar = massa atom relatif

                Mr = massa molekul relatif

                n  = jumlah elektron yang terlibat

                                F = clip_image019

                i = arus (ampere)

                t = waktu (detik)

                                w = clip_image017[1] x clip_image019[1]

8.5. Kespontanan Reaksi

Suatu reaksi dapat dikatakan spontan apabila memenuhi persyaratan termodinamika, yaitu energi bebas Gibbsnya (DGo) sama dengan nol. Nilai DGo dapat ditentukan dari potensial standar sel dengan rumus

DGo = - n F Eosel 

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa bila suatu sel mempunyai Eosel positif, maka DGo akan negatif dan reaksinya spontan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  • Achmad, H., Penuntun Belajar Kimia TPB II; Elektro Kimia, Departemen Kimia FMIPA – ITB, Bandung, 1982
  • Brady, J.E., General Chemistry : Principles and Structure, 5th edition, John Wiley and Sons, New York, 1990
  • Briggs,J., Chemistry for “0” Level, 2nd edition, Longman, Singapore, 2000
  • Syukri, S., Kimia Dasar 1, Penerbit ITB, Bandung, 1999
  • Syukri, S., Kimia Dasar 2, Penerbit ITB, Bandung, 1999
  • Syukri, S., Kimia Dasar 3, Penerbit ITB, Bandung, 1999

 

 

 

 

 

 

 


Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru dari SEMUA TENTANG SMA DAN EDUKASI.com di inbox anda:


0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels