Pemanfaatan Daun Salam dan Kulit Jeruk sebagai Obat Penghilang Plak Gigi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri Terstruktur Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI Semester II
Tahun Pelajaran 2011-2012
Disusun Oleh :
Marlia Ulfah Puspitasari
NIS :5652
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI I KUTOWINANGUN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : “Pemanfaatan Daun Salam dan Kulit Jeruk sebagai Obat Penghilang Plak Gigi”
Penyusun : Marlia Ulfah Puspitasari
NIS : 5652
Sekolah : SMA Negeri I Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah
Karya tulis ini telah disahkan pada Februari 2012 oleh :
Pembimbing
Drs. Kirwanto
NIP. 19630809 199512 1 001
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan karya ilmiah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi syarat tugas mandiri terstruktur mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI semester II di SMA Negeri I Kutowinangun dengan judul “Pemanfaatan Daun Salam dan Kulit Jeruk sebagai Obat Penghilang Plak Gigi”.
Atas bimbingan bapak guru dan saran dari teman-teman maka disusunlah karya ilmiah ini. Semoga dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memenuhi tugas mandiri terstruktur mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas. Dan dengan tersusunnya laporan ini diharapkan juga bisa menjadi pedoman dalam menyusun laporan seperti ini.
Dalam penyusunan laporan ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya ilmiah ini yang telah penulis selesaikan. Tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Demi kemampuan laporan ini, penulis mengharap kritik dan saran. Kritik dan saran pembaca, penulis butuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik dan digunakan dengan sebagaimana fungsinya.
Rasa syukur dan terima kasih patut penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan ini, pihak yang penulis ucapkan terima kasih adalah :
1. Dra. Nurhidayati, selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penulisan karya tulis ;
2. Drs. Kirwanto selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membimbing penulis dalam penulisan karya tulis ;
3. Semua pihak yang membantu proses penyelesaian karya ilmiah ini
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagaimana mestinya dan dapat memenuhi salah satu persyaratan. Amin.
Kutowinangun, Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan……………………………………………………………………... ii
Kata Pengantar………………………………………………………………………….. iii
Daftar Isi………………………………………………………………………………... iv
Daftar Tabel…………………………………………………………………………...... vi
Daftar Gambar………………………………………………………………………….. vii
Abstrak…………………………………………………………………………………. viii
BAB 1.PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………… 3
1.5 Metode Pengumpulan Data………………………………………………….. 3
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………………... 4
BAB II. TELAAH PUSTAKA…………………………………………………………. 5
2.1 Daun Salam dan Kulit Jeruk…………………………………………………........... 5
2.1.1 Deskripsi Daun Salam dan Kulit Jeruk…………………………………….. 5
2.1.1.1 Deskripsi Daun Salam……………………………………………… 5
2.1.1.2 Deskripsi Kulit Jeruk………………………………………………. 9
2.2 Karies gigi…………………………………………………………………….. 9
2.3 Sejarah Karies Gigi………………………………………………………….... 10
2.4 Epidemiologi ………………………………………………………………… 11
2.5 Klasifikasi ……………………………………………………………………. 11
2.6 Lokasi………………………………………………………………………… 12
2.7 Karies celah dan fisura……………………………………………………….. 12
2.8 Gigi…………………………………………………………………………… 12
2.9 Waktu………………………………………………………………………… 12
3.0 Faktor lainnya………………………………………………………………… 12
3.1 Tanda dan gejala………………………………………………………………. 13
BAB III. METODOLOGI………………………………………………………………. 14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………… 14
3.2 Bahan dan Alat……………………………………………………………….. 14
3.2.1 Bahan………………………………………………………………….. 14
3.2.2 Alat…………………………………………………………………….. 14
3.3 Metode Pembuatan Obat Penghilang Plak Gigi……………………………… 14
3.4 Pengujian……………………………………………………………………… 15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………. 17
4.1 Kelebihan……………………………………………………………………… 17
4.2 Kekurangan……………………………………………………………………. 18
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………………….. 19
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 19
5.2 Saran………………………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 20
DAFTAR TABEL
1. Tabel Pengujian……………………………………………………………….. 16
DAFTAR GAMBAR
1. Daun dan bunga salam………………………………………………………… 6
2. Daun salam……………………………………………………………………. 8
3. Kulit jeruk……………………………………………………………………... 9
4. Plak gigi……………………………………………………….......................... 10
5. Proses pembuatan obat penghilang plak gigi……………………..................... 15
6. Daun salam yang telah keringkan……………………………………………... 17
7. Kulit jeruk yang telah dikeringkan……………………………………………. 18
8. Campuran bubuk daun salam dan kulit jeruk…………………………………. 18
ABSTRAK
Gigi merupakan bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak vertebrata. Mereka memiliki strukutur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Bagian-bagian dari gigi antara lain lapisan email, tulang gigi (dentin), rongga gigi (pulpa), leher gigi (kolum), akar gigi (radiks), dan semen gigi. Namun kepedulian manusia terhadap gigi masih kurang. Hal itu menimbulkan adanya plak pada gigi.
Plak merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam. Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang. Plak adalah lapisan lunak dan lengket di gigi yang terdiri dari protein dan bakteri (biofilm). Plak terdiri dari 70% bakteri yang berasal dari air liur.
Ada sebuah hipotesa mengenai obat tradisional yang dipercaya dapat menghilangkan plak gigi. Adapun bahan-bahan obat tersebut terbuat dari daun salam dan kulit jeruk. Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam masakan Nusantara. Tetapi dibalik itu, salam memiliki manfaat yang luar biasa sebagai obat tradisional. Kulit jeruk ternyata juga memiliki manfaat yang luar biasa. Beberapa penyakit diyakini dapat disembuhkan dengan daun yang wangi ini. Di setiap penyakit, banyak cara yang dilakukan untuk mebuat ramuan obat tradisional. Salah satu manfaat dari daun salam dapat menghilangkan plak gigi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi merupakan bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak vertebrata. Mereka memiliki strukutur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Bagian-bagian dari gigi antara lain lapisan email, tulang gigi (dentin), rongga gigi (pulpa), leher gigi (kolum), akar gigi (radiks), dan semen gigi.
Karena fungsinya untuk mengunyah makanan, maka gigi setiap waktu melakukan tugasnya. Padahal manusia makan besar tiga kali sehari itu pun belum termasuk makan. Dan di setiap makanan pasti mengandung banyak kuman. Dari makanan, kuman akan menempel pada gigi dan berkembang biak. Di setiap satu makanan saja sudah mengandung banyak bakteri, apalagi dalam satu kali makan. Seberapa banyak kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia di setiap makanan yang ia makan. Dipastikan di dalam mulut manusia mengandung berjuta-juta kuman yang berasal dari makanan.
Plak merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam. Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang. Plak adalah lapisan lunak dan lengket di gigi yang terdiri dari protein dan bakteri (biofilm). Plak terdiri dari 70% bakteri yang berasal dari air liur.
Plak gigi hampir tidak terlihat karena warnanya keputihan, sama dengan gigi. Plak dapat dibuat terlihat dengan cairan atau tablet pewarna khusus. Bahan-bahan itu dapat membantu menemukan area yang perlu mendapatkan perhatian lebih saat membersihkan gigi. Pada anak-anak, pewarna itu berguna untuk memeriksa apakah mereka menyikat gigi dengan baik. Plak terbentuk segera setelah Anda selesai menyikat gigi. Dalam waktu 48 jam setelah pembentukannya, plak mulai mengeras oleh kalsium, fosfor, dan mineral lainnya dari air liur, menjadi karang gigi.
Karang gigi atau "kalkulus gigi" terbuat dari plak dan zat kapur yang berada di air liur. Plak sendiri terdiri dari lapisan bening di gigi ( perikel ) dan kuman. Di dalam mulut kita terdapat lebih dari 350 jenis kuman yang dapat menyebabkan karies. Jika di gigi atau sela-sela gigi terdapat banyak makanan yang tidak di bersihkan maka kuman akan mencerna makanan tersebut, lama-kelamaan akan menyebabkan karang gigi. Karang gigi melekat erat dengan gigi dan hanya bisa di bersihkan dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi.
Warna karang gigi mula-mula kuning, lama-kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi. Karang gigi dapat menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal karena penurunan gusi, gusi bengkak, gusi berdarah terutama saat menyikat gigi, dan halitosis (bau mulut). Bila tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan melekat pada gigi. Lalu lama kelamaan akan membentuk koloni yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis, lengket, dan tidak berwarna.
Karang gigi sendiri tidak berbahaya, tetapi memiliki permukaan yang sangat kasar di mana bakteri dapat dengan mudah melekat di permukaannya. Permukaan kasar ini menjadi tempat koloni bakteri yang menyebabkan berbagai masalah, seperti radang gusi (gingivitis/ periodontitis), kerusakan gigi (karies) dan bau mulut (halitosis). Karang gigi juga merupakan masalah kosmetik karena membuat gigi berwarna kuning atau coklat. Karang gigi lebih berpori-pori daripada enamel sehingga mudah berubah warna. Jika merokok, sering minum kopi atau teh, gigi yang terkena karang gigi akan berubah warna menjadi coklat atau hitam.
Karang gigi yang telah terbentuk biasanya hanya dapat dihilangkan oleh dokter gigi. Dokter gigi akan menggunakan kombinasi air bertekanan tinggi dan alat pembersih untuk menghilangkan karang gigi tersebut. Dokter gigi menggunakan alat yang disebut scaler untuk membersihkan karang gigi secara manual atau elektronik. Jika karang gigi disertai penyakit gusi yang parah, pasien mungkin akan dirujuk dokter gigi ke spesialis periodontis untuk pembersihan dan perawatan lebih lanjut.
Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam masakan Nusantara. Tetapi dibalik itu, salam memiliki manfaat yang luar biasa sebagai obat tradisional. Beberapa penyakit diyakini dapat disembuhkan dengan daun yang wangi ini. Di setiap penyakit banyak cara yang dilakukan untuk mebuat ramuan obat tradisional. Salah satu manfaat dari daun salam dapat menghilangkan plak gigi. Namun ada beberapa bahan lain yang dibutuhkan untuk melengkapi pembuatan ramuan obat herbal ini.
Bahan tersebut ialah kulit jeruk. Limbah ini ternyata juga memiliki manfaat yang luar biasa. Perpaduan antara daun salam dengan kulit jeruk diyakini dapat menghilangkan plak gigi. Sayangnya minimnya penelitian terhadap limbah kulit jeruk, menjadikan ia dianggap sebagai sampah yang tidak berguna. Maka, penulis ingin mengadakan sebuah penelitian te ntang manfaat dari perpaduan antara daun salam dan kulit jeruk sebagai obat penghilang plak gigi.
1.2 Identifikasi Masalah
Gigi merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Ini dikarenkan fungsinya yangsangat penting bagi tubuh. Selain sebagai alat pengunyah, gigi juga memudahkan manusia melafalkan huruf atau berbicara. Tanpa gigi manuia sulit untuk berbicara.
Pada umumnya orang tidak terlalu peduli dengan kesehatan gigi. Padahal gigi juga membutuhkan perawatan yang rutin. Diakibatkan makanan yang masuk kedalam tubuh kita banyak mengandung kuman-kuman. Tanpa disadari kuman tersebut melekat pada gigi dan bereproduksi menjadi kuman-kuman baru. Kurangnya perawatan, merupakan salah satu faktor yang membuat sakit gigi. Kebanyakan, orang menggosok gigi dua kali sehari. Sesungguhnya itu hanya batas minimal yang dianjurkan. Padahal gigi membutuhkan perawatan lebih dari itu. Penambahan sikat gigi sebelum tidur sangat dianjurkan oleh dokter.
Jika terdapat sisa-sisa makanan didalam mulut, kuman akan mencerna makanan tersebut dan lama-kelamaan akan menyebabkan plak gigi. Plak sendiri merupakan lapisan film tipis, lengket, dan tidak berwarna. Karena tidak berwarna, maka orang jarang mengenalinya. Sehingga membiarkan plak tersebut menyebar hingga mengakibatkan karang gigi. Dan apabila sudah parah dapat menyebabkan gigi berlubang.Padahal gigi belubang salah satu penyakit yang dibenci orang. Walaupun mungkin ada pepatah mengatakan “sakit gigi lebih baik daripada sakit hati”, namun pada akhirnya jika seseorang mengalami gigi berlubang mereka akan merasakan sakit yang hebat. Apalagi jika mengalami sakit gigi saat musim dingin. Tidak bisa dibayangkan bagaimana rasa sakitnya.
Banyak iklan pasta gigi yang menawarkan produknya dapat menghilangkan plak gigi. Bahkan tidak sedikit yang memasang iklan bahwa produk tersebut dapat menyembuhkan dalam waktu singkat. Tapi kebenaran tersebut belum bisa dipastikan. Untuk itu diperlukan inovasi baru pembuatan obat yang memiliki khasiat yang sama namun dengan menggunakan bahan yang alami. Beredar kabar bahwa ramuan antara daun salam dengan limbah kulit jeruk dapat menghilangkan plak gigi. Ini sebuah hipotesa yang perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik rumusan permasalahan antara lain :
a. Bagaimana memanfaatkan limbah kulit jeruk dan daun salam (Syzygium polyanthum ) sebagai obat penghilang plak gigi?
b. Seberapa ampuhnya ramuan tersebut dapat bekerja?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Memanfaatkan daun salam sebagai obat secara efektif
b. Memanfaatkan limbah kulit jeruk sebagai obat secara efektif
c. Memadukan daun salam dan kulit jeruk sebagai obat secara maksimal
d. Mengenalkan kepada masyarakat alternatif obat tradisional sebagai penghilang plak gigi
1.4 Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi baru di bidang kesehatan khususnya obat tradisional
b. Memberikan pengetahuan tentang manfaat dari daun salam dan kulit jeruk
c. Menambah nilai guna daun salam dan kulit jeruk sebagai obat penghilang plak gigi
1.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari informasi melalui beberapa buku yang terkait dengan permasalahan dari karya tulis ini.
b. Penelitian
Hal ini dilakukan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesa penulis. Ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dari sejumlah sumber. Adapun pengujian dilakukan menggunakan peralatan sederhana agar memudahkan pembaca untuk mencoba.
c. Jelajah Dunia Maya
Cara ini dilakukan untuk menambah beberapa informasi yang belum bisa ditemukan dari metode sebelumnya. Metode ini termasuk paling mudah dan cepat karena tidak membutuhkan tenaga yang ekstra serta waktu yang lama.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalh, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ini.
BAB II TELAAH PUSTAKA
Berisi uraian mengenai informasi keseluruhan dari daun salam dan kulit jeruk sera umum, selain itu terdapat deskripsi daun salam dan kulit jeruk,
BAB III METODOLOGI
Berisi uraian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yaitu tempat, bahan dan alat. Selain itu diuraikan metode-metode dari pembuatan karbon aktif dan pengujiannya terhadap air kotor.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi uraian mengenai pembahasan dari pengujian karbon aktif tentang daya serapnya dan fator-faktor yang mempengaruhinya.
BAB V PENUTUP
Berisi uraian mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan penulis dan saran-saran penulis untuk masyarakat.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Daun Salam dan Kulit Jeruk
2.1.1 Deskripsi Daun Salam dan Kulit Jeruk
2.1.1.1 Deskripsi Daun Salam
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur, salam kerap dipasangkan dengan laos alias lengkuas.
Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat (nama perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut. Buah salam dimakan orang juga, meski hanya anak-anak yang menyukainya.
Salam | ||||||||||||||
Daun dan bunga salam | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Syzygium polyanthum |
Suku : Myrtaceae
Nama
a. Sinonim
Eugenia polyantha Wight., E. lucidula Miq.
b. Nama Daerah
Sumatera: meselengan, ubar serai (Melayu). Jawa: salam, gowok (Sunda), salam, manting (Jawa), salam (Madura). Kangean: kastolam.
c. Nama asing
Salam leaf (1).
d. Nama simplisia
Syzygii polyanthi Folium (daun salam).
Uraian Tumbuhan
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Pohon ini dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m dpl. Tinggi pohon mencapai 25 m, batang bulat, permukaaan licin, bertajuk rimbun dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak berhadapan, panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam bentuk malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat berdiameter 8-9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat. diameter sekitar 1 cm, berwarna cokelat.
Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu dapur, sedangkan kulit pohonnya digunakan sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Buahnya dapat diperbanyak dengan biji, cangkok atau stek.
Sifat dan Khasiat
Daun rasanya kelat dan astrigen . Khasiat yang dimiliki daun salam tidak dapat dilepaskan dari zat kimianya yang dikandungnya. Salam mengandung minyak atsiri dan tanin. Minyak atsiri dalam salam diketahui berkhasiat sebagai zat antibakteri dan penetral racun. Merujuk pada beberapa hasil penelitian, minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare, yaitu E. coli dan S. aureus. Adapun tanin berkhasiat sebagai zat astringent yang berfungsi melapisi dinding mukosa usus dari rangsangan isi usus.
Kandungan Kimia
Salam menganung minyak asiri (sitral, eugenol), tanin dan flavonoid
Bagian yang digunakan
Bagian yang digunakan adalah daun. Selain itu kulit batang, akar dan buah juga berkhasiat sebagai obat.
Indikasi
Daun digunakan untuk pengobatan:
- Kolesterol tinggi
- Kencing manis (Diabetes mellitus)
- Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
- Radang lambung/maag (gastritis)
- Diare
Buah digunakan untuk pengobatan :
- Mabuk alkohol
Efek farmakologis dan hasil pemakaian
Kromatografi gas menunjukkan minyak asiri dan salam mengandung 28 gas komponen, salah satunya eugenol. Dengan kromatografi lapis tipis disimpulkan bahwa minyak asiri daun salam terdiri dari seskuiterpen lakton yang mengandung fenol. Konsentrasi terkecil minyak asiri yang mampu menghambat pertumbuhan E.Coli adalah 40%, sedangkan terhadap S.aureus sekitar 5% (Retno Sadewi,FF UGM, 1992)
Uji mikrobiologi dengan menggunakan metode cakram menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat, menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, Vibrio cholera, Salmonella sp. tetapi Enterobacter sp. bersifat resisten. (Beni Wraman, JF FMIPA UNAND)
Ekstrak air daun salam memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah). Pada tikus penderita diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin (DMTTI), sedangkan pada tikus penderita diabetes mellitus yang tergantung pada insulin tidak nampak efek hipoglikemik. (Ni Putu Maryati, FF UGM, 1989)
Pemberian botanis
Pohon berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm. Pepagan (kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik. Daun tunggal terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 12 mm. Helai daun berbentuk jorong-lonjong, jorong sempit atau lanset, 5-16 x 2,5-7 cm, gundul, dengan 6-11 urat daun sekunder, dan sejalur urat daun intramarginal nampak jelas dekat tepi helaian, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus.
Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 2-8 cm, muncul di bawah daun atau kadang-kadang pada ketiak. Bunga kecil-kecil, duduk, berbau harum, berbilangan-4; kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,5-3,5 mm; benang sari banyak, lk. 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok, lekas rontok; piringan tengah agak persegi, jingga kekuningan. Buah buni membulat atau agak tertekan, 12 mm, bermahkota keping kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak.
Nama Lain
Salam memiliki banyak nama yaitu:
- Melayu: ubar serai
- Sunda, Jawa dan Madura: Salam
- Kangean: kastolam
- Jawa: manting
- Sumatera: meselengan
Kegunaan Obat Tradisional
Secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut. Daun salam juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis, dan lain-lain.
Penggunaan daun salam sebagai obat di atas disebabkan oleh kandungannya yakni pada daun salam kering terdapat sekitar 0,17% minyak esensial, dengan komponen penting eugenol dan metil kavikol (methyl chavicol) di dalamnya. Ekstrak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan antibakteri, sedangkan ekstrak metanolnya merupakan anticacing, khususnya pada nematoda kayu pinus Bursaphelenchus xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.
Ekstrak daun salam 3x250 mg/hari menunjukkan kecenderungan dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan terutama pada kadar gula darah di bawah 200 mg/dL walaupun secara statistik perbedaannya tidak signifikan.
Ekologi
Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand); kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah. Di samping itu salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain, terutama untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit.
Budidaya
Tanaman salam tumbuh pada tanah dengan ketinggian 225-450 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4.000 mm/tahun pada jenis latosol kehitaman. Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Untuk menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK.
Pemanenen salam dilakukan dengan pemetikan daun yang sudah berwarna hijau tua. Daun tersebut dipangkas secara acak pada ranting-rantingnya. Sesudah daun diperoleh dari rantingnya, daun dilayukan dengan cara dihamparkan di lantai pada suhu ±27 °C dengan pembalikan intensif selama tiga hari. Untuk mendapatkan minyak atsiri selanjutnya simplisia salam disuling dengan alat penyuling air dan uap selama 10 jam.
2.1.1.1.2 Deskripsi kulit jeruk
Ada beberapa manfaat dari kulit buah jeruk yang dapat kita gunakan. Ternyata ada manfaat tersendiri bagi kulit buah yang buahnya sering kita makan, berbagai aneka buah pasti tidak lepas dari fungsi utama buah, yang berfungsi sebagai pemancar buah itu sendiri. Tapi selain itu buah juga memiliki nilai ekonomi hingga sebagai bahan pangan maupun bahan baku industry. Semua itu karena didalam buah tersimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan masih banyak lagi.
Beberapa bagian dari buah yang dianggap tidak berguna, seperti kulitnya ternyata mengandung sejuta manfaat untuk tubuh kita. Sebagian orang setelah mengupas jeruk pasti kulitnya langsung dibuang, padahal kulit jeruk mempunyai kandungan senyawa yang bermanfaat untuk tubuh dan kesehatan manusia, terutama jeruk organic, karena terbebas dari pestisida.
Sebagian besar senyawa yang dikandung kulit jeruk terdapat pada serat putih dalam kulit jeruk. Dari hasil pengolahan, kulit jeruk bisa dijadikan makanan atau obat luar. Seperti mencegah kanker kulit, kanker paru-paru dan meningkatkan kadar kolesterol. Kulit jeruk juga bisa dibuat permen karet yang bisa membantu proses berhenti merokok. Untuk wanita, Kulit jeruk juga bisa dijadikan masker kulit karena mampu mengangkat minyak berlebih dalam kulit dan tentu saja bisa membuat kuilit lebih halus.
2. 2 Karies gigi
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.
Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor resiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjadi lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.
Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Asam yang diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.
Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan estetika. Walaupun demikian, belum diketahui cara untuk meregenerasi secara besar-besaran struktur gigi, sehingga organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk mencegah kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan.
2.3 Sejarah Karies Gigi
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies. Adanya peningkatan prevalensi karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat. Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum. gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi. Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies.
Sebuah teks dari Sumeria (5000 SM) menggambarkan sebuah "cacing gigi" sebagai penyebab karies. Bukti pada kepercayaan ini juga ditemukan pada India, Mesir, Jepang, dan Tiongkok.
Banyak fosil tengkorak yang dapat menunjukkan adanya perawatan gigi yang primitif. Di Pakistan, sebuah gigi yang diperkirakan berasal dari 5500 SM hingga 7000 SM menunjukkan sebuah lubang yang mungkin disebabkan gurdi gigi. Karies juga dituliskan oleh Homer dan Guy de Chauliac dalam tulisan mereka. Papirus Ebers, sebuah tulisan Mesir kuno (1550 SM) menyebutkan sebuah penyakit gigi. Selama pemerintahan dinasti Sargonid Assyria pada 668 SM hingga 626 SM, dituliskan bahwa dokter kerajaan memerlukan tindakan pencabutan gigi untuk mencegah penyebaran radang. Selama masa pendudukan Bangsa Romawi di Eropa, proses pemasakan makanan menurunkan tingkat terjadinya karies. Pada masa peradaban Yunani dan Romawi dan Mesir, memiliki perawatan untuk meredakan rasa nyeri karena karies.
Tingkat kejadian karies menurun pada zaman perunggu dan besi, namun meningkat tajam pada zaman pertengahan. Peningkatan prevalensi karies secara periodik ini serupa dengan kejadian pada masa tahun 1000, ketika gula menjadi lebih mudah didapatkan di dunia Barat. Perawatan yang diberikan berupa obat-obatan herbal dan jampi-jampi, serta pencabutan gigi. Umat Katolik menyampaikan doa dengan penyertaan Santo Appolonia, santo pelindung untuk dokter gigi.
Ada pula bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat karies di suku Indian, Amerika Utara setelah memulai kontak dengan kolonial Eropa. Sebelum kolonisasi, Indian Amerika Utara menggantungkan hidupnya pada berburu, kemudian berubah menjadi bertani jagung. Pergantian diet makan ini menyebabkan peningkatan karies.
Pada masa pencerahan, kepercayaan bahwa "cacing gigi" sebagai penyebab karies ditepis oleh kelompok ilmuwan kedokteran. Pierre Fauchard, yang dikenal sebagai bapak kedokteran gigi masa kini, adalah salah satu pihak pertama yang menolak ide cacing gigi tersebut. Ia menyebutkan bahwa konsumsi gula yang menjadi penyebab karies gigi. Pada tahun 1850, prevalensi karies meningkat lagi dan disebabkan oleh pergeseran pola makan.
Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat. Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik. Penemuan Miller, bersamaan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.
2.4 Epidemiologi
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.
2.5 Klasifikasi
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.
2.6 Lokasi
Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
2.7 Karies celah dan fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.
2.8 Gigi
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
2.9 Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
3.0 Faktor lainnya
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis.
Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering. Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.
3.1 Tanda dan gejala
Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Proses pembuatan obat penghilang plak gigi dilaksanakan di rumah penulis. Waktu dan pelaksanaannya dilaksanakan pada bulan Januari 2012.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun salam dan kulit jeruk.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan :
a. Tempat untuk mengeringkan daun salam dan kulit jeruk
b. Blender
3.3 Metode Pembuatan Obat Menghilangkan Plak Gigi
Metode yang digunakan penulis untuk membuat obat menghilangkan plak gigi adalah dengan menggunakan cara yang sederhana dan praktis dari penulis. Tujuan dari hal ini adalah untuk memudahkan pembaca membuat olahan obat penghilang plak gigi. Selain itu, bahan-bahan dari obat tersebut juga mudah dijumpai di lingkungan rumah tangga.
a. Pengumpulan bahan
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang akan dibuat sebagai obat penghilang plak gigi. Adapun bahan-bahan tersebut yaitu daun salam dan kulit jeruk.
b. Pengeringan (dehidrasi)
Dalam hal ini bahan-bahan yang telah dikumpulkan kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama beberapa hari. Apabila benar-benar telah kering, bahan-bahan tersebut dapat langsung diproses ke tahap berikutnya. Lamanya waktu berdasarkan teriknya sinar matahari.
c. Penghalusan
Tahap ini dilakukan setelah bahan dikeringkan. Tujuannya adalah agar memudahkan untuk digosokkan pada gigi. Penghalusan dilakukan dengan alat penghalus.
d. Pengayakan
Setelah dihaluskan, bahan tersebut kemudian diayak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan tekstur yang lembut sehingga pada saat digosokkan pada gigi tidak menimbulkan rasa sakit.
Metode pembuatan obat penghilang plak gigi diatas hanya salah satu cara efektif dalam pembuatan ramuan obat herbal. Metode-metode tersebut termasuk teknik pembuatan sederhana sehingga masyarakat diharapkan dapat melakukannya. Adapun skema dari metode-metode tersebut :
| |||
| |||
| |||
|
3.4 Pengujian
Pengujian ini dilakukan untuk menguji seberapa ampuh ramuan obat yang terbuat dari perpaduan daun salam dengan kulit jeruk untuk menghilangkan plak gigi. Maka, penulis ingin menguji keampuhan obat tradisional ini yang terbuat dari bahan-bahan yang alami. Pengujian dilakukan terhadap orang yang memiliki plak gigi yaitu kerabat penulis.
Dalam pengujian ini bahan yang digunakan berupa bubuk dari hasil pengeringan daun salam dan kulit jeruk. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk menggunakannnya sebagai obat. Bubuk daun salam dicampur dengan bubuk kulit jeruk dan kemudian digosokkan ke gigi setiap hari.
Bubuk tersebut diujikan kepada gigi yang terdapat plaknya. Gigi yang terdapat plak biasanya dikarenakan kurang rutin dalam penyikatan gigi. Selain itu, bekas minum kopi atau minuman beralkohol juga dapat memicu munculnya plak gigi. Adapun langkah-langkah pengujian obat tersebut adalah :
a. Mengambil campuran bubuk daun salam dan kulit jeruk.
b. Kemudian menggosokkan campuran bubuk daun salam dan kulit jeruk ke gigi sampai rata.
c. Setelah itu, kumur dengan air bersih.
d. Setelah selesai, menyikat gigi agar sisa-sisa bubuk yang menempel hilang.
e. Mengulangi dari tahap awal dalam beberapa hari selanjutnya.
Langkah ini merupakan cara yang sederhana untuk menguji keampuhan khasiat dari ramuan obat tersebut. Selain bertujuan untuk menguji khasiat dari ramuan tersebut, langkah ini diharapkan dapat diikuti oleh masyarakat untuk memanfaatkan obat alami dalam menyembuhkan suatu penyakit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kelebihan
Ramuan obat yang dihasilkan dari campuran antara bubuk kulit salam dengan limbah kulit jeruk pada penelitian ini telah diuji kemampuannya terhadap plak gigi. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan bertujuan untuk membuktikan manfaat dari ramuan obat tradisional tersebut. Obat yang digunakan berupa bubuk yang telah mengalami proses pengeringan dan penghalusan. Pada tahap pertama dilakukan proses pengambilan sampel bahan yang berupa bubuk. Jumlah sampel tergantung seberapa banyak plak yang terdapat pada gigi.
Pada tahap selanjutnya adalah proses penggosokkan. Setelah sampel bahan tadi diambil, kemudian menggosokkannya ke plak yang ada pada gigi. Adapun cara penggosokkannya sama seperti menyikat gigi. Hanya saja dalam pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tangan. Tentu saja sebelum itu tangan telah dicuci bersih. Menggosokkan sampel bubuk tadi, dilakukan secara lembut agar gigi tidak terasa sakit.
Setelah itu, berkumur menggunakan air. Tujuan dari cara tersebut adalah untuk menghilangkan sampel bubuk tadi yang mungkin melekat pada gigi. Berkumur dilakukan beberapa kali sampai sampel bubuk hilang dari gigi.
Langkah selanjutnya adalah menggosok gigi. Ini dilakukan agar sisa sampel ubuk yang terdapat pada sela-sela gigi dapat dihilangkan. Karena sela-sela gigi hanya bisa dijangkau dengan menggunakan sikat gigi.
Tahap akhir adalah mengulangi langkah sebelumnya dalam beberapa hari berikutnya. Dibawah ini merupakan tabel hasil pengujiannya :
Waktu Pengujian | Hasil | |
Senin, 16 Januari 2012 | Masih terdapat plak gigi. Hasil belum terlihat. | |
Selasa, 17 Januari 2012 | Sudah ada sedikit perubahan. Plak gigi sudah ada yang hilang. | |
Rabu, 18 Januari 2012 | Ada sedikit perubahan. Plak gigi juga ada yang hilang. | |
Kamis, 19 Januari 2012 | Plak gigi sedikit demi sedikit menghilang. | |
Jumat, 20 Januari 2012 | Plak perlahan-lahan mulai menghilang | |
Gambar 1. Tabel pengujian
Berdasarkan tabel diatas membuktikan bahwa ramuan tersebut memang benar dapat menghilangkan plak gigi. Dalam beberapa hari plak gigi nyatanya memang hilang walaupun dalam jumlah sedikit.
4.2 Kekurangan
Dalam hal ini, proses pengujian dilakukan hanya dalam beberapa hari saja. Dalam kurun waktu itu, plak gigi perlahan mulai hilang. Berdasarkan tabel, obat ini dalam bekerja membutuhkan waktu yang cukup lama. Walaupun mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghilangkan seluruh plak yang terdapat di gigi, tetapi obat ini dapat menjadi salah satu alternatif obat untuk menghilangkan plak gigi.
|
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap obat penghilang plak gigi yang terbuat dari ramuan daun salam dan kulit jeruk penulis dapat simpulkan sebagai berikut:
a. Ramuan daun salam dan kulit jeruk yang mungkin dianggap sebagai bahan yang tidak bermanfaat ternyata memiliki manfaat sebagai penghilang plak gigi.
b. Kulit jeruk yang merupakan limbah dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai obat tradisional yang aman dipakai oleh pembaca.
1.2 Saran
a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk lebih mengetahui manfaat dari daun salam dan kulit jeruk.
b. Perlu adanya pengenalan kepada masyarakat tentang bahaya plak gigi yang merupakan penyakit sepele namun dapat berakibat fatal.
c. Perlu diadakan sosialisasi mengenai obat tradisional yang lebih aman dikonsumsi dibandingkan obat yang terbuat dari bahan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha Setiawan. 2000.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agrywidya
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/12/09580646/5.kebiasaan.yang.mengundang.plak.gigi
http://majalahkesehatan.com/pembersihan-plak-dan-karang-gigi/
http://republika.co.id/berita/23336.html
http://www.deteak.com/manfaat-kulit-buah-jeruk/
http://id.wikipedia.org/wiki/Salam
http://healthonblog.blogspot.com/2010/05/nama-latin-daun-salam.html
http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/26/daun-salam/
http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/26/daun-salam/
http://id.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi
0 komentar:
Posting Komentar